11 September 2022

opini musri nauli : Koto

 



Ditengah masyarakat Melayu Jambi, Tata ruang pengaturan di masyarakat telah dicatat sebagai lingkup kesatuan negeri yang membentuk pemerintahan. Cara ini biasa dikenal istilah talang/koto. 


Penamaan “Koto” menunjukkan jejak peradaban. Koto adalah simbol penghormatan terhadap leluhur sekaligus sebagai benteng pertahanan. 

Di Marga Sungai Tenang dikenal Koto Sepuluh, Kotobaru, Kotojayo, Koto Tinggi, Koto Renah, Koto Teguh, Dengan “penyebutan” Koto maka terdapat Koto Renah, Koto Teguh, Koto Sepuluh, Kotobaru, Koto Tapus. Koto Tapus dikenal sebagai Dusun Jangkat. 


Ada juga Koto Mutun. Koto Mutun adalah dusun tua yang sekarang sudah ditinggalkan, terletak di dekat desa Rantau Suli. 


Menurut cerita ditengah masyarakat, diperkirakan orang pertama yang menempati desa Renah Pelaan adalah Aning Darajo (Nenek Moyang Masyarakat desa Renah Pelaan). Aning Darajo diperkirakan berasal dari Minang Kabau. 


Di Marga Peratin Tuo dikenal Dusun Kotorami.  Di Tebo dikenal Marga VII Koto dan Marga IX Koto. Hubungan antara Marga VII Koto dan Marga IX Koto sering disebut “koto bersekutu”. Atau sering juga disebut “7 jantan dan 9 betino.  Hubungan ini masih berlaku baik didalam menyelesaikan persoalan adat maupun hubungan perkawinan. 


Marga VII Koto juga dikenal sebagai tempat berkumpulnya “Debalang Raja” untuk menentukan rapat . Pusat Marga di Sungai Abang. 


Marga VII Koto juga dikenal sebagai “jalur” perjalanan Raja Tanah Pilih. Alur perjalanan ini setelah ditempuh dari Marga IX Koto di Teluk Kuali.


Pandangan tentang Koto lebih juga menampakkan pandangan cosmos.


Advokat. Tinggal di Jambi