Telanaipura tidak dapat dipisahkan dari cerita Rakyat Melayu Jambi.
Didalam buku “Tan Talanai-Beserta dua buah Cerita Rakyat Jambi Lainnya”, Kisah Raja Tan Talanai, seorang Raja dari sebelah jajahan Rabu Mentarah (India Muka) yang kemudian datang ke Jambi. Kemudian membuat Istana di Muara Jambi Kecil dan di ujung Tanjung Jabung (Sekarang Tanjung Jabung Timur). Kemudian dikenal Pulau Berhala.
Kedatangan Raja Tan Talanai kemudian memerintah dapat mengatasi keadaan negeri yang sedang kacau balau.
Raja Tan Talanai setelah memerintah dengan segala kebesarannya kemudian dikenang rakyat sebagai Pemimpin yang mempunyai kebesaran.
Terdengar kabar kecantikan tiada bandingannya. Bernama Tuan Putri Selaras Pinang Masak.
Berita ini kemudian sampai ke Raja Tan Talanai. Sang Baginda kemudian bermufakat dengan perdana Meteri untuk berangkat ke Pagaruyung untuk meminang Tuan Putri Selaras pinang Masak.
Sepeninggal Raja Tan Talanai, Datuk Beremban Besi mengerahkan warganya untuk menyambut kedatangan Tuan Putri Selaras Pinang Masak. Istanapun dihiasi, membetulkan kota dan parit serta mempersiapkan dengan kemegahan kerajaan.
Sepanjang perjalanan, sang raja menemui kesukaran. Berbagai peristiwa banyak terjadi di perjalanan.
Setelah sampai di Pagaruyung, Raja Tan Talanai kemudian memerintahkan Datuk Emping Besi untuk menghadap kepada yang dipertuan agung di Pagaruyung. Kedatangannya kemudian disambut.
Raja Tan Talanai diapit Datuk Emping Besi dan Datuk Perpatih kemudian menuju istana Pagaruyung.
Raja Agung Pagaruyung kemudian mempersilahkan Raja Tan Talanai masuk. Kemudian menunggu di Balairung Pagaruyung.
Kemudian dipersilahkan Raja Tan Talanai untuk menyampaikan maksud tujuannya ke Istana Pagaruyung.
“Alangkah Susahnya kakanda datang ke mari, Apakah konon maksud kakanda ?”, tanya Tuan Putri Selaras Pinang Masak.
Dengan berseloko, Raja Tan Talanai kemudian menyampaikan
“Bukan ketari ketari saja.
Ke tari jalan ke talang.
Bukan ke mari, ke mari saja.
Besar maksud yang dijelang.
Jika kakanda panggil ke Jambi, kuranglah ada kakanda dibawah hadirat adinda”, Sambung Raja Tan Talanai.
Apa maksud paduka kakanda “, tanya tuan gadis.
“Apakah kakanda mendapatkan kabar, bahwa adinda mempunyai dua ekor ayam. Yang terlalu Cantik, ayam beroga dan ayam biring kuning kaki. Yang biring kuning kaki itulah yang kakanda mohonkan ke hadiran Paduka Kakanda.
Sang tuan Gadis kemudian menjawab “Aduhai kakanda, Satu kehendak kakanda, dua kehendak adinda. Kecil nyiru tumpah ditadahkan. Permintaan adinda dari dahulu usahlah seperti kakanda ini.
Raja besar lagi perkasa. Sedangkan hamba orang sekalipun, asal ia sanggup untuk membuatkan candi dan menyudahkannya dalam satu malam di hadapan dinda. Orang itulah yang menjadi suami adinda. Candi itu akan jadi mas kawin adinda dan arti candi itulah yang tangga naik ke kahyangan.
Raja Tan talanai kemudian menjawab “tiadalah kakanda menyalahi kehendak adinda itu dan berjanji kakanda mendirikan candi itu. Apabila telah lengkap kelak perkakas untuk Pembangunan candi itu, akan kakanda titahkan Datuk Emping besi, menjemput adinda, menyilahkan ke hilir ke Muara Jambi Kecil, ke tempat kakanda bersemayam”.
Sesampai di Jambi, sang Baginda kemudian mengerahkan Rakyat untuk mengumpulkan sekalian persiapan mendirikan Candi.
Sang putri kemudian mengabarkan kepada Raja Tan Talanai. Sang Tuan Putri bergembira dengan berseloko “Anak kuda diatas buki. Tempat menjemur buah pala. Harapan adinda bukan sedikit. Minta perhamba kepada kakanda”.
Nama Tan Talanai kemudian sering juga dilekatkan Telanaipura. Terhitung sejak 1 Januari 1963, Telanaipura menjadi Pusat Ibukota Provinsi Jambi.
Nama tempat yang termasuk kedalam Kecamatan Telanaipura, Kotamadya Jambi. Pusat Perkantoran Provinsi Jambi.
Advokat. Tinggal di Jambi