Ditengah masyarakat Melayu Jambi dikenal istilah “juluk”.
Juluk adalah kegiatan menggunakan kayu panjang untuk mengambil sesuatu diatas pohon. Sehingga tidak perlu lagi memanjat.
Dengan demikian maka kegiatan kemudian dikenal “menjuluk”.
Lihatlah Seloko yang menggunakan kata “Juluk”, “Sirih senampan. Keris nan sebilah. Kok tinggi pusako rajo dijuluk dengan yang sebatang. Kok rendah pusako rendah kok dengan keris nan sebilah. Kusut minta diusaikan. Keruh minta dijernihkan.
Seloko ini menggambarkan keinginan untuk menyerahkan tanda bakti sekaligus penghormatan kepada penguasa yang ditandai dengan kata “Kok tinggi pusako rajo dijuluk dengan yang sebatang”.
Selain itu terdapat seloko yang menyebutkan Petai dak boleh ditutuh, durian dak boleh dipanjat, Duku dak boleh ditebang.
Tanaman duku dan durian sama sekali tidak boleh dipanjat.
Namun duku boleh “dijuluk”, diambil dengan menggunakan kayu yang panjang.
Cara mengambil duku dengan dijuluk adalah proses untuk menghormati pohon duku agar buah yang terdapat di batang-batang pohon termasuk didalam dahan tidak merusak duku itu sendiri.