Sebuah
kabar mempertanyakan via sms ke HP ku “Nauli,
apa betul Asril meninggal ? Sakit apa, kapan dikebumikan, dimana alamatnya
? SMS itu masuk bersamaan dengan sms yang juga mengabarkan “Innalilahi waina ilahirojiun. Telah
berpulang ke rahmatullah kanda Asril, SH. Anggota DPRD Provinsi Jambi Komisi 3.
Semoga amal ibadah beliau di terima sisinya. Amin.
Dua
kabar melalui sms yang diterima pada sore hari sabtu (16.31, 7 Juli 2012), mengakhiri pekan yang duka. Sebuah kabar yang
mengejutkan disaat konsentrasi publik masih tersita dengan persoalan tanah di
Telanaipura antara Pemprov dengan Zulkifli Nurdin.
Ketika
menerima kabar itu, terbayang dengan sahabatku yang disaat masih aktif menjadi
pengacara (sebelum menjadi anggota DPRD).
Sebuah perjalanan panjang menekuni profesi bantuan hukum. Asril SH adalah
cerminan teladan dalam bersikap sebagai advokat. Dia adalah sedikit orang yang
tetap konsisten yang berpakaian menggunakan dasi dan pakaian rapi dalam
persidangan, maupun dalam agenda-agenda advokat. Teladan inilah yang membuat
dia mempunyai ciri yang khas dan mudah ditandai dalam interaksi pergaulan
sehari-hari.
Secara
pribadi, penulis kurang mengenal Asril. Pertemuan secara personal dimulai
ketika Kantor beliau di Talang Banjar (tepat
didepan Kantor Polresta Talang Banjar) sering dijadikan tempat
kumpul-kumpul para advokat. Waktu itu suasana “guyup” masih terasa. Tidak ada perpecahan. Kami berkumpul dan
berdiskusi dengan berbagai tema. Seringnya kami berkumpul membuat kami sepakat
mendirikan lembaga informal. Kami menyebutnya “FORUM PENGACARA MUDA JAMBI (FPMJ). Keanggotaannya longgar. Tanpa
memandang latar belakang asal organisasi (ada
dari IKADIN, IPHI, AAI) dan penulis meyakini semangat berkumpul dari Forum Pengacara
Muda Jambi (FPMJ) merupakan salah satu cikal bakal pendirian PERADI (Perhimpulan Advokat Indonesia).
Teman-teman sepakat kemudian menunjuk saudara Asril, SH sebagai koordinator FPMJ.
Banyak
moment kemudian digagas dari FPMJ. Baik dukungan terhadap beberapa orang
pengacara yang “berperkara”
berhadapan dengan hukum, mempersoalkan berbagai penyimpangan hukum acara di
berbagai pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi (waktu itu, Pengadilan Tinggi merupakan tempat muara pengadilan
penyimpangan Hukum acara di berbagai pengadilan negeri). Kesan saya
terhadap Asril, SH, dia berbicara “berapi-api”,
fokus dengna masalah, punya greget dan yang pasti, sikap yang disampaikan oleh
Asril, SH membuktikan posisi advokat lantang “memperjuangkan kepentingan hukum”.
Interaksi
penulis dengan Asril, SH lebih banyak “bertemu”
di Pengadilan Negeri Jambi. Baik sambil menunggu sidang, maupun dalam dalam
diskusi informal di kantin Pengadilan Negeri Jambi.
Kemudian
interaksi lebih banyak dalam kasus-kasus yang melibatkan “kader-kader HMI”. Baik penyerbuan markas Cabang HMI,
mahasiswa-mahasiswa HMI dalam berbagai kasus demonstrasi, maupun acara-acara di
HMI. Dalam pertemuan informal itulah, penulis melihat keadaan kesehatan Asril,
SH yang menurun. Baik fisik badannya yang mulai kurus, maupun cerita beliau
yang mulai mengalami pengobatan. Baik secara medis maupun alternatif. Namun
semuanya tidka menghilangkan sikap kritis, bicara berapi-api, maupun sikap “keras kepala” untuk melawan sakit.
Secara
politik, kemudian Asril, SH mengambil sikap aspirasinya ke Partai Demokrat.
Asril, SH kemudian “gigih” memperjuangkan
kasus hukum yang melibatkan ketua Partai Demokrat yang tersangkut kasus korupsi
di Muara Jambi. Publik masih ingat, bagaimana sikap Asril, SH yang “all out” membela kepentingan hukum. Dari
kesan yang ditangkap, penulis berkeyakinan, bahwa sikap yang ditunjukkan oleh
Asril, SH yang “keukeuh” meletakkan
hukum sebagai panglima. Asril SH menolak cara-cara politik dalam persoalan
hukum.
Dalam
perkembangannya, penulis mengetahui Asril, SH masuk ke parlemen Provinsi. Namun
walaupun menjadi anggota parlemen, interaksi dengan kalangan advokat tidak
putus. Penulis masih ingat, ketika menjadi “ketua
Sementara”, Asril, SH datang ke sebuah acara dengna mobil dinas, BH 2 dan
waktu itu suasana lebih bergembira karena “setidak-tidaknya
ASRIL, SH datang pakai mobil dinas Ketua (sementara)
DPRD Provinsi lengkap dengan ajudan. Ada kebanggaan tersendiri. Selain itu
penulis juga bergembira mendengar cerita langsung dari Asril, SH, kesehatannya
mulai baik.
Interaksi
penulis dengan Asril, SH kemudian dikatakan sudah jauh. Penulis hanya mengamati
dari media massa, peran Asril SH yang lebih banyak terima demonstran apabila
demonstrasi ke DPRD Provinsi Jambi.
Sebuah
acara “Dialog publik” di sebuah televisi
lokal di Golden Harvest Hotel membahas pulau berhala, interaksi penulis ketika
bersalaman selesai acaranya. Penulis melihat kesehatannya yang sudah mulai
menurun. Namun dia tidak menyampaikan kepada penulis. Teman-teman penulis
banyak menceritakan tentang kesehatan.
Dalam
dialog live televisi lokal dengan panelis penulis, Asril, SH dan Ketua KNPI
Propinsi yang membahas “jembatan
Batanghari II”, penulis menangkap kesehatannya yang sudah mulai menurun. Sudah
mulai jauh menurun dari pertemuan sebelumnya. Penulis berkeyakinan, berbagai
upaya pengobatan yang sudah dilakukan belum memberikan harapan yang baik.
Penulis menyesalkan di usia yang muda, yang masih banyak bisa berbuat yang bisa
dilakukan oleh beliau, beliau tersita harus mengurusi kesehatan. Sebuah takdir
tuhan yang tidak pernah kita bisa tentukan.
Berbagai
peristiwa dan interaksi penulis dengan Asril, SH membuktikan, Asril, SH punya
sikap yang “tegas” baik sebagai
advokat dalam mengurusi perkara-perkaranya, berhadapan dengan penegak hukum, sebagai
kader HMI yang memperjuangkan berbagai kasus-kasus yang melibatkan kader-kader
HMI maupun sebagai anggota parlemen provinsi yang selalu menerima para
demonstrans. Sikap tegas dan berbicara yang “berapi-api” membuktikan sikap matang dan menguasai masalah yang
berakar dari advokat, anggota parlemen dan kader HMI. Sebuah prestasi yang
sangat kurang di Jambi. Prestasi yang masih bisa dihitung dengan kepalan jari. Dan
setiap kader HMI, advokat dan anggota parlemen akan mudah mengingatnya dan
menghormatinya.
Dan
kabar sabtu sore memastikan “rencana”
tuhan. Dia pergi disaat para pejuang masih berkutat melawan ketidakadilan. Di
saat para pejuang masih melihat para “pengurus”
negara sibuk mengurusi kepentingan pribadi dan golongannya diatas kepentingan
umum. Dan kepergiannya, mengingatkan kita semua. Perjuangan masih panjang dan
terus kita perjuangkan.