Kerusuhan di LP Tanjug
Gusta, kerusuhan LP di Labuan Batu melengkapi berbagai kerusuhan di
LP di berbagai daerah di Indonesia. Cerita kelam ini menambah panjang
sederetan dan persoalan LP di tanah air.
Kerusuhan LP merupakan
fakta yang tidak terbantahkan. Namun penjelasan dari Denny Indrayana
(DI) dan Menteri Hukum dan HAM yang hanya menyoroti kerusuhan dari
“over capasity” merupakan logika yang bertujuan untuk
menjawab persoalan dan penyebab “kerusuhan LP”.
Mendukung logika, DI
dengan panjang lebar menjelaskan penyebab “kerusuhan LP
dikarenakan adanya “pembersihan di LP” kemudian yang banyak
mulai tidak nyaman, atau pernyataan “banyak LP yang tidak
mungkin dilakukan “sidak” dan “kami tidak mungkin
mengawasi LP sebanyak itu”.
Didalam memahami
penjelasan dari Denny Indrayana, tentu saja ada “semacam”
keberatan terhadap penjelasan. Selain karena alasan yang disampaikan
terlalu “klise”, murahan dan cenderung “menggampangkan”
masalah, tentu saja penjelasan tersebut belum menemukan format untuk
menyelesaikannya. Dan tentu saja penjelasan seakan-akan bentuk
“kurang bertanggung jawab” dan melepaskan masalah itu
dengan menggambarkan masalah yang dihadapi cukup berat.
Memahami penjelasan DI
tentu saja “belum menjawab” keraguan kita akan kemampuan
DI untuk menyelesaikan persoalan LP. Namun mendengarkan penjelasan
dari DI tanpa alat pisau bedah yang baik, maka penjelasan dari DI
hanya sekedar “jawaban kosong” yang sulit diterima oleh
logika.
Didalam filsafat, C.J. F.
William sudah pernah mengingatkan. Penjelasan dari DI harus
“dianggap” tidak benar. William sudah pernah
menyampaikannya, bahwa “Tidak ada yang namanya pembawa
kebenaran”. Kita hanya diberikan kesempatan untuk menentukan
“penetapan kebenaran”.
Siapa yang berwenang
untuk menentukan “penetapan kebenaran” ?. Yang paling
penting, kebenaran harus independent tanpa dipengaruhi “persepsi”,
mistik, kepentingan, agama maupun kedekatan emosional.
Para pendukung DI tentu
saja akan menerima penjelasan dari DI. Namun para penentang DI akan
kesulitan menerima penjelasan dari DI.
Dengan menggunakan
pendekatan William maka kita akan mencoba membedah penjelasan dari
DI. Pertama. Sudah ada fakta-fakta “kerusuhan di LP. Data
menunjukkan, Sebelumnya, pada akhir tahun 2012, Kementerian Hukum dan
HAM merilis data bahwa kapasitas LP atau rumah tahanan yang ada di
Indonesia hanya mampu menampung tahanan sebanyak 102.466 orang, namun
jumlah napi sekarang ini mencapai 152.071 orang atau kelebihan
kapasitas sebesar 50%.
Angka-angka “over
capasity” adalah fakta. Tentu saja “Over capasity”
akan menyebab “kerusuhan LP” akan meledak setiap waktu.
Dan itu bukan tahun ini saja. Bisa saja tiap bulan, tiap tahun. Namun
mengapa “meledak” kerusuhan LP tahun ini yang paling
banyak ? Mengapa tidak tahun kemarin ? Mengapa LP yang termasuk
kategori yang menjadi prioritas untuk diperhatikan ? Tentu saja tidak
tepat mengkategorikan “over capasity” dengan penyebab
tunggal “kerusuhan LP”.
Kedua. Logika DI dan
Menkumham, kerusuhan di LP disebabkan “over capasity. Dalam
pengamatan DI, penyebab “kerusuhan LP” karena angka-angka
tersebut. Lalu mengapa setelah “over capasity” tidak
dilakukan desain besar untuk menyelesaikannya.
Ketiga. Namun terhadap
fakta-fakta harus dibangun logika. Apakah memang persoalan “kerusuhan
LP” memang disebabkan karena “over capasity” ?.
Apakah memang angka-angka yang disebutkan sebagai “over
capasity” memang penyebab tunggal masalah kerusuhan ?
Keempat. Meminjam istilah
William, logika yang hendak dibangun DI untuk menjawab persoalan
“kerusuhan LP” tentu saja harus konsisten antara logika
satu dengan logika lain. Apakah over capasity sebagai penyebab utama
dari “kerusuhan LP ?
Kelima. Dengan
menggunakan logika yang hendak dibangun DI, maka tentu saja kita
tidak bisa “memastikan” apakah logika dari DI merupakan
logika “Benar” atau DI seakan-akan “berfikir benar”
?
Ketujuh. Logika yang
hendak dibangun oleh DI berangkat dari fakta mengenai “over
capasiy” akan membangun logika yang satu dengan logika yang
lain akan bersesuaian. Dalam term Filsafat, antara satu logika dengan
logika lain akan terbangun silogisme.
Sekarang mari kita bedah
antara fakta tentang “kerusuhan LP” dengan logika yang
disampaikan oleh DI. Kerusuhan LP merupakan fakta. Namun apakah
terhadap fakta ini, logika oleh DI disebabkan “over capasity “
? Apakah hanya satu faktornya ? Menggunakan logika kita (a
contrario), kalo penyebabnya “over capasity”, maka seharusnya
“kerusuhan LP” Bisa meledak dari dulu ?. Atau kita menggunakan
pertanyaan yang lain, apakah apabila “over capasity” dapat kita
selesaikan, maka “kerusuhan LP” tidak akan terjadi ?
Kedelapan. Kerusuhan LP
dengan logika “keinginan dari DI untuk membersihkan LP”
kemudian menimbulkan “ketidaknyaman”. Apakah fakta itu
sesuai dengan logika DI ? Ah. Saya pikir itu pernyataan yang paling
teledor untuk menjawabnya.
Kesembilan. Kerusuhan LP
dengan logika “banyak LP yang tidak mungkin dilakukan “sidak
setiap hari” ? Apakah sudah tepat fakta dengan logika DI ?
Aduh. Kok semakin mengacau logika yang hendak dibangun oleh DI.
Pernyataan dari DI yang “hendak membangun sistem”
pembenahan di LP ternyata hanya omong kosong. Sidak yang sering
dilakukan bukan bertujuan untuk pembenahan internal. Tapi mencari
fakta sebenarnya yang ditemukan (misalnya sidak di LP Sukamiskin
dalam tayangan Metro TV) yang kemudian dilakukan pembenahan.
Dengan banyak perbaikan, maka “sidak” tinggal memastikan
apakah proses yang dibangun sudah berjalan atau masih perlu ada
perbaikan. Selain itu juga sidak juga “memastikan' perbaikan
ke depan.
Kesepuluh. Kerusuhan LP
dengan logika “kami tidak mungkin mengawasi LP sebanyak itu”.
Waduh. Kok pernyataan yang paling sembrono keluar dari DI. Dengan
gelar akademis yang pantas, Guru besar di Perguruan Tinggi ternama,
logika yang dibangun lebih banyak “mengesankan” logika
“norak”, kampungan, jawaban politisi yang hendak “ngeles”
daripada jawaban bermutu. Apakah karena dengan logika “banyak
LP” Maka terjadinya “kerusuhan LP dapat dibenarkan ?.
Dengan melihat logika DI
menjawab persoalan “kerusuhan LP”, maka sudah sepantasnya
logika yang dibangun merupakan kesesatan (mistake) bertujuan
untuk menjawab persoalan secara sembrono. Dalam pemikiran William,
maka antara fakta dengan logika, logika satu dengan logika lain tidak
terdapat silogisme. Dan dengan tidak terdapatnya “silogisme”
maka logika yang dibangun DI menjadi “kacangan”.
Saya menjadi kepikiran.
Pernyataan anggota parlemen yang menyoroti “kerusuhan LP”
salah satu faktor disebabkan karena “kemampuan” Amir
Syamsuddin dan Denny Indrayana yang tidak mumpuni. Dan memang tidak
ada desain besar untuk melihat persoalan dan untuk menyelesaikannya.
Baca : Sesat Pikir Denny Indrayana