Hubungan
antara Singapura dan Indonesia akhir-akhir ini “cukup panas”.
Hubungan ini dipicu ketika Indonesia melayari kapal perang dengan
nama Usman Harun.
Singapura
“marah besar”. Menurut Singapura, Keduanya tidak pantas
dijadikan pahlawan dan membuat lambung kapal dengan nama keduanya
akan membangkitkan “luka lama”
Dari
peristiwa ini ada beberapa kesalahan kedua negara. Kesalahan keduanya
harus “diperbaiki” sehingga tidak “mengganggu”
hubungan diplomatik ke depan.
Sebagaimana
sudah menjadi pengetahuan, Usman dan Harun dijatuhi hukuman mati
karena aksi pengeboman yang dilakukan keduanya di MacDonald House
Orchard Road pada Maret 1965. Dalam pengeboman di kompleks
perkantoran di pusat kota itu, tiga orang menjadi korban.
Singapura
“kemudian” berang. Usman dan Harun kemudian dijatuhi
hukuman mati. Dua peristiwa ini kemudian mengajarkan kepada kita
bagaimana hubungan diplomatik dibangun.
Pertama.
Kemarahan Singapura harus dihormati. Pemboman MacDonald House
Orchard Road pada Maret 1965 merupakan “persoalan serius”.
Dalam dunia sekarang cara-cara ini biasa dikenal dengan istilah
“terorisme'.
Terlepas
dari apapun alasan, cara teror dalam abad modern merupakan salah satu
tema yang cukup sensitif.
Padahal
“kepahlawanan” Usman Harun dapat diteladani sebagai sikap
patriotik.
Singapura
tidak ingin agar sikap yang diambil oleh Usman Harun kemudian akan
“memicu” sikap teror terhadap Singapura. Oleh karena itu,
Singapura “membatasi” diri agar sikap yang diambil oleh
Usman Harun tidak “diikuti” oleh siapapun.
Dari
alasan ini, kita “berusaha” mengerti terhadap kemarahan
Singapura. Singapura harus “memastikan” rakyat Singapura
terlepas dari rasa ketakutan.
Dari
alasan ini, kita harus “menghormati” sikap yang diambil
oleh Singapura.
Kedua.
Terhadap cara yang dilakukan oleh Usman Harun, Singapura berdasarkan
hukum Singapura keduanya kemudian “dijatuhi” hukuman mati.
Terlepas
dari sikap yang diambil Singapura, penjatuhan hukum mati “justru”
melukai rasa kemanusiaan rakyat Indonesia. Keinginan rakyat Indonesia
agar Usman Harun menjalani pidana penjara ternyata “diabaikan”
oleh Singapura. Usman Harun tetap dijatuhi hukuman mati.
Putusan
hukuman mati yang kemudian membuat Singapura “tidak menghargai”
hubungan bilateral Singapura – Indonesia. Dari kejadian ini
kemudian Indonesia menganggap Singapura tidak membangun hubungan
diplomatik yang baik.
Dengan
melihat dua kejadian ini, sebenarnya hubungan antara Singapura dan
Indonesia harus dapat dipulihkan. Hubungan Singapura – Indonesia
sebagai negara jiran dapat diselesaikan.
Kejadian
ini sudah dilakukan. Baik Singapura dengan ditandai dengan “tabur
bunga” oleh Perdana Menteri Lee Kuan Yew maupun hubungan
Indonesia yang sudah membaik selanjutnya setelah upacara “tabur
bunga”.
Namun
dengan pemberian nama Usman Harun di lambung kapal perang menimbulkan
persoalan tersendiri.
Protes
Singapura terhadap Indonesia “harus dapat dimengerti”.
Namun sikap yang diambil oleh Indonesia dengan tetap memberikan nama
Usman Harun juga harus dimengerti.
Selain
merupakan kedaulatan Indonesia untuk menentukan nama kapal
berdasarkan jasa pahlawan, cara Singapura juga “terlalu
berlebihan'.
Singapura
hanya “mementingkan” keinginan publik Singapura tanpa juga
“memahami” sikap Indonesia. Singapura lebih mementingkan
persoalan nasional daripada hubungan bilateral kedua negara.
Selain
itu Singapura “Seakan-akan” menunjukkan “sikap yang
tidak mau menerima” sikap politik Lee Kuan Yew dalam upacara
“tabur bunga”, alasan yang dikemukakan Singapura terlalu
mengada-ada dan tidak beralasan.
Singapura
tidak mau memaafkan Usman Harun dan lebih mementingkan persoalan
nasional semata.
Singapura
tidak “menghargai” hubungan bilateral.
Tentu
saja sikap yang ditempuh oleh Singapura membuktikan “Singapura”
hendak “memamerkan diplomasi yang ulung. Singapura mengetahui
bagaimana diplomat Indonesia yang “kurang” berperan dalam
hubungan bilateral. Singapura sedang menggunakan “gertakan”
untuk melihat reaksi dari Indonesia.
Singapura
juga mengetahui bagaimana Pemerintah Indonesia yang kurang
mendapatkan dukungan rakyatnya sendiri. Singapura mengetahui
bagaimana sikap Presiden yang lemah dalam pergaulan internasional.
Test
diplomasi Indonesia yang lemah sudah dinikmati oleh Singapura.
Singapura sudah meraih kemenangan ketika Singapura protes ke
Indonesia mengenai asap pertengahan tahun lalu. Presiden SBY justru
meminta maaf tanpa bergaya diplomasi ulung “menyebutkan”
persoalan asap itu sendiri disebabkan oleh perusahaan Singapura.
Indonesia
kalah telak
Dengan
“test” yang sedikit 'strong” yang dimainkan
Singapura, Singapura sudah “memenangkan” dukungan
rakyatnya sendiri sekaligus “membuat” Indonesia tidak
berdaya di hadapan Singapura.