15 Februari 2014

opini musri nauli : Kesalahan Singapura dan Indonesia dalam kasus Usman harun



Hubungan antara Singapura dan Indonesia akhir-akhir ini “cukup panas”. Hubungan ini dipicu ketika Indonesia melayari kapal perang dengan nama Usman Harun.

Singapura “marah besar”. Menurut Singapura, Keduanya tidak pantas dijadikan pahlawan dan membuat lambung kapal dengan nama keduanya akan membangkitkan “luka lama

Dari peristiwa ini ada beberapa kesalahan kedua negara. Kesalahan keduanya harus “diperbaiki” sehingga tidak “mengganggu” hubungan diplomatik ke depan.

Sebagaimana sudah menjadi pengetahuan, Usman dan Harun dijatuhi hukuman mati karena aksi pengeboman yang dilakukan keduanya di MacDonald House Orchard Road pada Maret 1965. Dalam pengeboman di kompleks perkantoran di pusat kota itu, tiga orang menjadi korban.

Singapura “kemudian” berang. Usman dan Harun kemudian dijatuhi hukuman mati. Dua peristiwa ini kemudian mengajarkan kepada kita bagaimana hubungan diplomatik dibangun.

Pertama. Kemarahan Singapura harus dihormati. Pemboman MacDonald House Orchard Road pada Maret 1965 merupakan “persoalan serius”. Dalam dunia sekarang cara-cara ini biasa dikenal dengan istilah “terorisme'.

Terlepas dari apapun alasan, cara teror dalam abad modern merupakan salah satu tema yang cukup sensitif.

Padahal “kepahlawanan” Usman Harun dapat diteladani sebagai sikap patriotik.

Singapura tidak ingin agar sikap yang diambil oleh Usman Harun kemudian akan “memicu” sikap teror terhadap Singapura. Oleh karena itu, Singapura “membatasi” diri agar sikap yang diambil oleh Usman Harun tidak “diikuti” oleh siapapun.

Dari alasan ini, kita “berusaha” mengerti terhadap kemarahan Singapura. Singapura harus “memastikan” rakyat Singapura terlepas dari rasa ketakutan.

Dari alasan ini, kita harus “menghormati” sikap yang diambil oleh Singapura.

Kedua. Terhadap cara yang dilakukan oleh Usman Harun, Singapura berdasarkan hukum Singapura keduanya kemudian “dijatuhi” hukuman mati.

Terlepas dari sikap yang diambil Singapura, penjatuhan hukum mati “justru” melukai rasa kemanusiaan rakyat Indonesia. Keinginan rakyat Indonesia agar Usman Harun menjalani pidana penjara ternyata “diabaikan” oleh Singapura. Usman Harun tetap dijatuhi hukuman mati.

Putusan hukuman mati yang kemudian membuat Singapura “tidak menghargai” hubungan bilateral Singapura – Indonesia. Dari kejadian ini kemudian Indonesia menganggap Singapura tidak membangun hubungan diplomatik yang baik.

Dengan melihat dua kejadian ini, sebenarnya hubungan antara Singapura dan Indonesia harus dapat dipulihkan. Hubungan Singapura – Indonesia sebagai negara jiran dapat diselesaikan.

Kejadian ini sudah dilakukan. Baik Singapura dengan ditandai dengan “tabur bunga” oleh Perdana Menteri Lee Kuan Yew maupun hubungan Indonesia yang sudah membaik selanjutnya setelah upacara “tabur bunga”.

Namun dengan pemberian nama Usman Harun di lambung kapal perang menimbulkan persoalan tersendiri.

Protes Singapura terhadap Indonesia “harus dapat dimengerti”. Namun sikap yang diambil oleh Indonesia dengan tetap memberikan nama Usman Harun juga harus dimengerti.

Selain merupakan kedaulatan Indonesia untuk menentukan nama kapal berdasarkan jasa pahlawan, cara Singapura juga “terlalu berlebihan'.

Singapura hanya “mementingkan” keinginan publik Singapura tanpa juga “memahami” sikap Indonesia. Singapura lebih mementingkan persoalan nasional daripada hubungan bilateral kedua negara.

Selain itu Singapura “Seakan-akan” menunjukkan “sikap yang tidak mau menerima” sikap politik Lee Kuan Yew dalam upacara “tabur bunga”, alasan yang dikemukakan Singapura terlalu mengada-ada dan tidak beralasan.

Singapura tidak mau memaafkan Usman Harun dan lebih mementingkan persoalan nasional semata.

Singapura tidak “menghargai” hubungan bilateral.

Tentu saja sikap yang ditempuh oleh Singapura membuktikan “Singapura” hendak “memamerkan diplomasi yang ulung. Singapura mengetahui bagaimana diplomat Indonesia yang “kurang” berperan dalam hubungan bilateral. Singapura sedang menggunakan “gertakan” untuk melihat reaksi dari Indonesia.

Singapura juga mengetahui bagaimana Pemerintah Indonesia yang kurang mendapatkan dukungan rakyatnya sendiri. Singapura mengetahui bagaimana sikap Presiden yang lemah dalam pergaulan internasional.

Test diplomasi Indonesia yang lemah sudah dinikmati oleh Singapura. Singapura sudah meraih kemenangan ketika Singapura protes ke Indonesia mengenai asap pertengahan tahun lalu. Presiden SBY justru meminta maaf tanpa bergaya diplomasi ulung “menyebutkan” persoalan asap itu sendiri disebabkan oleh perusahaan Singapura.

Indonesia kalah telak

Dengan “test” yang sedikit 'strong” yang dimainkan Singapura, Singapura sudah “memenangkan” dukungan rakyatnya sendiri sekaligus “membuat” Indonesia tidak berdaya di hadapan Singapura.