07 Juni 2014

opini musri nauli : SIAPA DIRIMU



Ketika aku memilih sebuah nama.

Kau maki aku dengna kata-kata kasarmu. “Ngapaian pilih dia”. Suaramu keras menggelar. Memekakkan gendang telingaku.
Terus aku tanya kepada dirimu. “Lalu. Siapa nama yang hendak kau pilih ?”

Kau yakinkan diriku. “Dia bukan seagama dengan kita

Kau sodorkan satu nama.

Aku tidak mau dengan alasan agama, aku kemudian tidak boleh memilihnya. Akupun bertahan dengan prinsipku.

Kaupun terus “teriak”. Kaupun seakan-akan tertawa kesenangan melihatku diam.

Akupun tidak mau meladenimu. Namun kaupun tertawa semakin keras.

Aku tidak terima dengan perkataanmu. Kau menuduh pilihanku dengan fitnah.

Ketika aku sodorkan “dia seagama denganku”. Dia lebih rajin beribadah daripada dirimu. Namun aku memilih dia karena dia adalah diriku. Dia harapanku.

Kaupun terdiam. Bibirmu kelu.

Dan ketika aku bertanya dengan dirimu ? Apakah kau memilih dia karena “dia seagama dengan dirimu ?.  Kaupun diam. Kau tidak mampu berbicara.

Lalu siapa dirimu ? Apakah  yang mengucapkan dengan keras maka “kebenaran kemudian milikmu” ?

Mengapa kau tidak melihat diriku yang justru sedang mendengarkan penjelasanmu. Mendengarkan penjelasanmu dengan bahasa yang lembut. Dengan ucapan yang lirih.

Lalu mengapa kau pergi meninggalkanku dengan sejuta tanya.

Lalu siapa dirimu ?