Marga Sebo berbatasan Margo
Bathin V Dengan Pusat pasirah berada di Mato Gual, , Margo Kembang Paseban
Dengan Pusat Pasirah Berada di Mersam, Margo Tungkal Ulu dengan pusat Pasirah
Berada di Merlung, Margo petajin ilir dengan Pusat Pasirah berada di Sungai
bengkal, Margo Tabir Ilir dengan pusat pasirah berada di Bangko Pintas dan
Margo Air Hitam dengan pusat pasirah berada di Lubuk Kepayang[1].
Dusun yang masuk kedalam
Margo Maro Sebo ulu adalah Dusun
Sungai Ruan, Dusun Sungai Lingkar, Dusun Tebing Tinggi, Dusun Sungai Rengas, Dusun
Buluh Kasap, Dusun Kembang Seri, Dusun Rengas IX, Dusun Kampung Baru, Dusun
Teluk Leban, Dusun Peninjauan dan Dusun Batu Sawar. Pusat Margo Maro Sebo Ulu berada di Desa Kembang Seri dengan Pasirah
yang juga Berasal dari Desa Kembang
Seri. Marga Maro Sebo Ulu kemudian menjadi
Kecamatan Maro Sebo Ulu dengan pusat kecamatan di Sungai Rengas.
11 Dusun kemudian
berkembang lagi menjadi beberapa Desa diantaranya Sungai Ruan menjadi sungai
Ruan 1 dan sungai Ruan 2. Dusun Tebing
Tinggi dipecah menjadi 4 yaitu Desa ,Desa tebing Tinggi, Desa Padang
Kelapo, Desa Nasago, Desa Olak Kemang. Kemudian
ditambah dengan 4 unit Tran. Unit
1 Tebing jaya 1, Unit 2 Tebing Jaya 2,
Unit 3 Tebing Jaya 3, Unit 4 Tebing Jaya 4.
sehingga total keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Maro Sebo Ulu menjadi 19 Desa.
sehingga total keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Maro Sebo Ulu menjadi 19 Desa.
Dusun Kembang Seri mengenal
tembo yaitu “Dari aek nyuruk berbatas dengan Desa Rengas
IX menuju ke Sungai Mital ke tugu batas Tebo – Batang Hari berbatas dengan Desa
Teluk Rendah terus menuju ke Bukit Bakar menuju ke duren kembar tigo – menuju
ke muaro sungai besar( makam ) menuju ke pematang palak beruk(perancis) berbatasan dengan Desa Rantau Gedang dan
Belanti Jaya kecamatan Mersam kmudian menuju pelayang duku menuju ke duren
senarantan menuju ke KM 4 pucuk sungai punggur berbatas dengan Kelurahan
Simpang Sungai Rengas terus menuju ke sungai Bunut berbatas dengan Desa Buluh
Kasab menuju ke sungai Cempedak air juga berbatas dengan Desa Buluh
Kasab(seberang Batang Hari) menuju ke titian lingkar (Payo) berbatasan dengan
Desa Tebing Tinggi terus menuju ke
Pematang gadung menuju ke Payo koyon
berbatasan dengan Desa Kampung Baru terus menuju ke sungai Bayur ke aek bekoak
tersebut aek melancur berbatas Dengan Desa Rengas IX menuju ke tembesu ditakuk
Raden Suhur juga berbatasan dengan Desa Rengas IX lalu menuju ke Aur condong
Tebing Batang Hari menuju kembali ke Aek
Nyuruk”
Sehingga Dusun Kembang Seri berbatasan
langsung dengan
Desa Teluk Rendah Kecamatan Tengah Ilir Kabupten Tebo, Desa Rantau Gedang KecamatanMersam (Simpang Rantau Gedang), Desa belanti Jaya Kecamatan Mersam, Kelurahan Simpang Sungai rengas, Desa Buluh Kasap, Desa Tebing Tinggi, Desa Kampung Baru dan Desa Rengas IX.
Desa Teluk Rendah Kecamatan Tengah Ilir Kabupten Tebo, Desa Rantau Gedang KecamatanMersam (Simpang Rantau Gedang), Desa belanti Jaya Kecamatan Mersam, Kelurahan Simpang Sungai rengas, Desa Buluh Kasap, Desa Tebing Tinggi, Desa Kampung Baru dan Desa Rengas IX.
Sejarah panjang Dusun Kembang Seri telah diceritakan
oleh Barbara Watson Andaya[2].
Dalam lintasan perdagangan merica Kerajaan Jambi, Kembang Seri salah satu
daerah penghasil merica dalam lintasan perdagangan. Sehingga sebagai daerah
penghasil merica untuk perdagangan Kerajaan Jambi, pada tahun 1738 pasukan dari
Minangkabau menyerang Desa Kembang Seri di Batanghari dan menghancurkan semua
perkebunan merica. Penyerangan dari Minangkabau diakibatkan perselisihan antara
Kaisar Minangkabau dengan Kerajaan Jambi. Namun hubungan baik antara Kerajaan
Minangkabau dengan Kerajaan Jambi oleh Sultan Astra kemudian dapat
menyelesaikan dengan baik.
Namun walaupun berada dalam lindungan Kerajaan Jambi,
hubungan dagang antara daerah penghasil merica dengan kerajaan Jambi tetap
independent. Kembang Seri tetap dapat menjalin hubungan dagang dan mendirikan
kontak untuk mengatur perdagangan. Sedangkan Kerajaan mengatur tentang
batas-batas, administrasi, menyelesaikan perselisihan dan denda perselisihan.
Namun pemaksaan penanaman merica tidak terhenti
walaupun telah selesai perdamaian antara Kerajaan Minangkabau dengan Kerajaan
Jambi. Tahun 1741, Kepala Kembang Seri mengeluhkan terhadap Pangeran Ratu yang
tetap memaksa penduduk untuk kerja paksa menanam merica. Sedangkan Pangeran
termuda yaitu Pangeran Sutawijaya yang menguasai Tujuh Koto dengan mencabuti
pohon kapas dan memaksa penduduk untuk menanam merica. Pertengkaran keluarga
Kerajaan juga terjadi di Merangin dan Air Hitam. Kesemua pangeran yang
menguasai daerah hulu memaksa penduduk untuk membayar upeti dan pajak dan
memaksa menanam merica.
Didalam dokumen resmi Propinsi Jambi, logo “sepucuk
Jambi sembilan lurah melambangkan sembilan dari pemerintahan Jambi. 9 Lurah
yang dimaksudkan adalah Petajin, Marosebo, Jebus, Air Hitam, Awin, Pemayung,
Miji, VII Koto dan Pinokawan. Maro Sebo kemudian dialiri Sungai Batanghari.
Baca : Istilah marga di Jambi