10 Mei 2017

opini musri nauli : Marga Maro Sebo Ulu




Marga Sebo berbatasan Margo Bathin V Dengan Pusat pasirah berada di Mato Gual, , Margo Kembang Paseban Dengan Pusat Pasirah Berada di Mersam, Margo Tungkal Ulu dengan pusat Pasirah Berada di Merlung, Margo petajin ilir dengan Pusat Pasirah berada di Sungai bengkal, Margo Tabir Ilir dengan pusat pasirah berada di Bangko Pintas dan Margo Air Hitam dengan pusat pasirah berada di Lubuk Kepayang[1].

Dusun yang masuk kedalam Margo Maro Sebo ulu adalah Dusun Sungai Ruan, Dusun Sungai Lingkar, Dusun Tebing Tinggi, Dusun Sungai Rengas, Dusun Buluh Kasap, Dusun Kembang Seri, Dusun Rengas IX, Dusun Kampung Baru, Dusun Teluk Leban, Dusun Peninjauan dan Dusun Batu Sawar. Pusat Margo Maro Sebo Ulu berada di Desa Kembang Seri dengan Pasirah yang  juga Berasal dari Desa Kembang Seri.  Marga Maro Sebo Ulu kemudian menjadi Kecamatan Maro Sebo Ulu dengan pusat kecamatan di Sungai Rengas.

11 Dusun kemudian berkembang lagi menjadi beberapa Desa diantaranya Sungai Ruan menjadi sungai Ruan 1 dan sungai Ruan 2.  Dusun Tebing Tinggi dipecah menjadi  4  yaitu Desa ,Desa tebing Tinggi, Desa Padang Kelapo, Desa Nasago, Desa Olak Kemang. Kemudian  ditambah dengan  4 unit Tran. Unit 1 Tebing  jaya 1, Unit 2 Tebing Jaya 2, Unit 3 Tebing Jaya 3, Unit 4 Tebing Jaya 4.
sehingga total keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Maro Sebo Ulu menjadi 19 Desa.

Dusun Kembang Seri mengenal tembo yaitu “Dari aek nyuruk berbatas dengan Desa Rengas IX menuju ke Sungai Mital ke tugu batas Tebo – Batang Hari berbatas dengan Desa Teluk Rendah terus menuju ke Bukit Bakar menuju ke duren kembar tigo – menuju ke muaro sungai besar( makam ) menuju ke pematang palak beruk(perancis)  berbatasan dengan Desa Rantau Gedang dan Belanti Jaya kecamatan Mersam kmudian menuju pelayang duku menuju ke duren senarantan menuju ke KM 4 pucuk sungai punggur berbatas dengan Kelurahan Simpang Sungai Rengas terus menuju ke sungai Bunut berbatas dengan Desa Buluh Kasab menuju ke sungai Cempedak air juga berbatas dengan Desa Buluh Kasab(seberang Batang Hari) menuju ke titian lingkar (Payo) berbatasan dengan Desa Tebing Tinggi  terus menuju ke Pematang gadung  menuju ke Payo koyon berbatasan dengan Desa Kampung Baru terus menuju ke sungai Bayur ke aek bekoak tersebut aek melancur berbatas Dengan Desa Rengas IX menuju ke tembesu ditakuk Raden Suhur juga berbatasan dengan Desa Rengas IX lalu menuju ke Aur condong Tebing Batang Hari  menuju kembali ke Aek Nyuruk”

Sehingga Dusun Kembang Seri berbatasan langsung dengan
Desa Teluk Rendah Kecamatan Tengah Ilir Kabupten Tebo
, Desa Rantau Gedang KecamatanMersam (Simpang Rantau  Gedang), Desa belanti Jaya Kecamatan Mersam, Kelurahan Simpang Sungai rengas, Desa Buluh Kasap, Desa Tebing Tinggi, Desa Kampung Baru dan Desa Rengas IX.

Sejarah panjang Dusun Kembang Seri telah diceritakan oleh Barbara Watson Andaya[2]. Dalam lintasan perdagangan merica Kerajaan Jambi, Kembang Seri salah satu daerah penghasil merica dalam lintasan perdagangan. Sehingga sebagai daerah penghasil merica untuk perdagangan Kerajaan Jambi, pada tahun 1738 pasukan dari Minangkabau menyerang Desa Kembang Seri di Batanghari dan menghancurkan semua perkebunan merica. Penyerangan dari Minangkabau diakibatkan perselisihan antara Kaisar Minangkabau dengan Kerajaan Jambi. Namun hubungan baik antara Kerajaan Minangkabau dengan Kerajaan Jambi oleh Sultan Astra kemudian dapat menyelesaikan dengan baik.

Namun walaupun berada dalam lindungan Kerajaan Jambi, hubungan dagang antara daerah penghasil merica dengan kerajaan Jambi tetap independent. Kembang Seri tetap dapat menjalin hubungan dagang dan mendirikan kontak untuk mengatur perdagangan. Sedangkan Kerajaan mengatur tentang batas-batas, administrasi, menyelesaikan perselisihan dan denda perselisihan.

Namun pemaksaan penanaman merica tidak terhenti walaupun telah selesai perdamaian antara Kerajaan Minangkabau dengan Kerajaan Jambi. Tahun 1741, Kepala Kembang Seri mengeluhkan terhadap Pangeran Ratu yang tetap memaksa penduduk untuk kerja paksa menanam merica. Sedangkan Pangeran termuda yaitu Pangeran Sutawijaya yang menguasai Tujuh Koto dengan mencabuti pohon kapas dan memaksa penduduk untuk menanam merica. Pertengkaran keluarga Kerajaan juga terjadi di Merangin dan Air Hitam. Kesemua pangeran yang menguasai daerah hulu memaksa penduduk untuk membayar upeti dan pajak dan memaksa menanam merica.

Didalam dokumen resmi Propinsi Jambi, logo “sepucuk Jambi sembilan lurah melambangkan sembilan dari pemerintahan Jambi. 9 Lurah yang dimaksudkan adalah Petajin, Marosebo, Jebus, Air Hitam, Awin, Pemayung, Miji, VII Koto dan Pinokawan. Maro Sebo kemudian dialiri Sungai Batanghari.





[1] Desa Kembang Seri, Batanghari, 23 Februari 2015
[2] Hal. 297 - 281