26 November 2017

opini musri nauli : KEDAULATAN GENERASI MILENIAL[1]



Musri Nauli[2]


Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan berbagai viral yang justru meminggirkan akal sehat. Kehebohan “berakar” dari issu primodial yang bertujuan untuk “politik jangka pendek” seperti Pilpres, Pileg dan Pilkada. Dengan tema “kepentingan jangka pendek”, issu primordial kemudian mewacana dalam issu nasional.

Masih ingat “issu agama” yang dikemas dengan istilah “pemimpin islam”, system pemerintahan “khilafah” menggema dalam pilpres, pileg 2014 dan semakin massif dan kemudian “memuncak” dalam pilkada Jakarta 2016. Berbagai “klaim” kebenaran kemudian “direduksi” menjadi kepentingan politik yang menggema menjadi demo “berjilid-jild” kemudian mengancam kedaulatan bangsa. Issu primordial kemudian mengkhawatirkan dan berpotensi memecah persatuan dan kedaulatan bangsa.

Tanpa harus membahas tema yang dikampanyekan berbagai kelompok dengan mengusung agama, generasi muda haruslah bijak didalam membaca informasi, menyaring dan mempublish informasi. Kesalahan dari informasi yang didapat selain akan berakibat hukum[3] justru meminggirkan nalar akal sehat.

Pertama. Generasi muda haruslah membaca dari sumber resmi. Website-website yang mengabarkan judul dengan provokasi, tanpa verifikasi yang jelas, mengganggu akal sehat sebaiknya tidak perlu dibaca. Tandai dan kemudian hapus dari bacaan.

Kedua. Berteman dan berkawan dengan teman-teman yang mengusung persahabatan, tidak mempersoalkan identitas[4], membicarakan tema-tema penting misalnya membicarakan kemiskinan, pendidikan tertinggal, minat baca yang menurun. Atau tema-tema produktif. Misalnya membuat program aplikasi yang memudahkan pembahasan pelajaran di kampus, aplikasi pengolahan data. Atau tema-tema yang santai. Seperti membahas mode pakaian, membicarakan drone, atau membuat lagu khas anak muda.

Ketiga. Upayakan sampaikan salam persahabatan. Apabila masih juga posting tentang agama dan mempersoalkan keyakinan kita, upayakan sampaikan dengan baik dan tegur. Apabila juga masih membandel, maka hapus dari pertemanan (unfriend, delete). Jangan khawatir dengan kekurangan teman. Indonesia selalu “memproduksi nilai-nilai” persahabatan.

Keempat. Libatkan dan aktif mengikuti kegiatan produksi dan membahas issu-issu terkini ataupun sesuai dengan khas anak muda.

Misalnya diskusi tentang “program mengajar” kampong-kampung terpinggirkan, membuat teknologi “daur ulang”, membuat aplikasi program data-data sampah dan sebagainya.

Keempat. Buat website atau blogger yang memuat perjalanan dan keindahan, kekhasan dari daerah tertentu. Promosikan sejarah tempat tinggal, keunikan, tempat makan (wisata kuliner), sentra-sentra pertanian, kekhasan wisata, perkembangan olahraga. Promosikan dan perbanyak pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat.

Apabila mempunyai keterampilan atau pendidikan yang khusus seperti matematika, Bahasa Inggeris dan computer, bikin kelompok belajar. Lihat sekeliling tempat tinggal. Buat kelompok belajar dan bantulah dengan mendidiknya. Sehingga secara tidak langsung kita sudah menjalankan tugas. Menjaga generasi muda dari informasi-informasi yang kurang dipertanggungjawabkan.

Kelima. Perbanyak produksi pengetahuan praktis ataupun informasi yang dibutuhkan orang banyak. Misalnya manfaat Jahe untuk kesehatan. Atau promosikan keunggulan madu. Atau manfaat kunyit untuk demam. Sehingga public mendapatkan akses kesehatan dan belajar dari obat-obatan yang ada di alam sekitarnya[5].

Dengan menulis, kita mengetahui bagaimana perjalanan Cristopher Colombus sebagai orang yang mengenalkan benua Amerika. Benua Amerika sendiri mengambil nama dari pelaut Spanyol yang bernama Amerigo Vespucci.

Ya. Kita kemudian mengenal catatan Marco Polo dikenang berkat narasi warna-warni nan populer tentang perjalanannya ke timur, yang dikenal sebagai "The Travels of Marco Polo."

Dengan menulis, kita mengetahui bagaimana Catatan dari I-Tsing, seorang pendeta Budha yang juga pengembara pada zaman Dinasti Ming, menyebutkan bahwa ia telah berkunjung ke Candi Muara Jambi dan bermukim selama 6 bulan. “Di suatu tempat di tepi sungai, tanpa bayang-bayang pada tengah hari, terletak antara Daratan Tiongkok dan India, terdapat beribu-ribu pendeta menuntut ilmu…..”

Begitu juga catatan Tan Malaka dalam auto biografinya dari Penjara ke Penjara yang ditulis pada tahun 1948.

Begitu Catatan Seorang Demonstran (atau Catatan Harian Seorang Demonstran) adalah buku harian seorang aktivis mahasiswa bernama Soe Hok Gie yang diterbitkan pada tahun 1983.

Mengapa menulis itu penting ?

Dengan menulis kita mengetahui semangat Kartini ketika menulis surat kepada Abendanon. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Dengan menulis kita mengetahui semangat Kartini ketika menulis surat kepada Abendanon. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Kita kemudian mengenal bagaimana pandangan dari R. A Kartini yang membuat kagum bangsa Belanda.

Dengan menulis kita bisa mengetahui letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera”

Dengan mudah kita mengetahui letusan Tambora dalam memoarnya Sir Thomas Raffles kemudian menjadi Gubernur Jendral Bengkulu. Saat letusan itu terjadi, Raffles dalam memoirnya, bahwa dentuman terjadi setiap 15 menit sekali dan berlangsung terus di hari berikutnya. Sehingga satu detasemen prajurit di persiapkan dari Jogjakarta untuk mengantisipasi kemungkinan serangan. Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.

Keenam. Memulai untuk membangun “sentra-sentra” penanaman sayur-sayuran. Misalnya setiap RT harus mempunyai pekarangan yang dikhususkan untuk menanam sayur-sayuran seperti cabe, bawang merah, bayam, ubi dll. Cara ini akan “merekatkan” hubungan antara penduduk.

Dengan melakukan kegiatan yang produksi, maka selain akan “menghasilkan” manfaat langsung juga “menghindarkan” generasi muda akan dari kegiatan ataupun menghindarkan informasi palsu (hoax). Tapi yang penting dari kesemuanya, generasi muda “berdaulat” dan mengontrol informasi yang berseliweran di dunia maya.





[1] Disampaikan pada Seminar Kepemudaan dan Dies Natalis XXV PMKRI Cabang Jambi Sanctus Agustinus, PMKRI Cabang Jambi, 25 November 2017
[2] Advokat, Tinggal di Jambi
[3] Ingat. UU ITE akan mengintai.
[4] Misalnya dengan memulai pertanyaan, “Apa agamamu “ ? atau “Kamu orang apa ?’
[5] Program Pemerintah seperti “TOGA” (tanaman obat keluarga) adalah program yang menyentuh langsung dari kesehatan masyarakat.