Terlepas
dari manuver beberapa partai menjajaki candidate Pilpres 2019, secara resmi
Partai yang sudah mendeklarasikan mendukung candidate tertentu sudah
disampaikan ke Publik. PDIP – Partai Nasdem – PPP – Partai Golkar mendukung
Jokowi. Partai Gerindra mendukung Prabowo.
Untuk
sementara PKB mempunyai kartu as. Terlepas dengan kampanye “Join – (Jokowi –
Cak Imin)”, tapi Cak Imin tetap disodorkan sebagai wakil. “Siapapun Presiden-nya, cak imin Wakinya” Kata temanku sembari
menunjukkan merchandise yang bertuliskan “Join”.
Sementarai
PKS tetap menyodorkan 9 orang yang menjadi rujukan partai untuk menentukan
sikapnya. Walaupun Anis Matta sudah mendeklarasikan dan kemudian diikuti Mardani
Ali Sera namun sama sekali belum menarik perhatian partai. Hingga kini belum
terdengar suara dari partai yang lain terhadap tawaran PKS.
Berbeda dengan PKS. Partai Demokrat
menawarkan jalan ketiga dengan tema “Poros tengah”. Sebuah poros mengingatkan Tarik
menarik Pemilihan Presiden tahun 1999. Antara Partai nasionalis dan partai
Islam. Poros Tengah kemudian mengantarkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden
oleh MPR.
Dengan tagline “game changer”, poros tengah yang ditawarkan Partai Demokrat belum
mendapatkan respon dari partai-partai yang lain.
Dalam menghitung waktu pendaftaran
Presiden/wakil Presiden tinggal menghitung hari, maka Jokowi mendapatkan
dukungan mutlak dari PDIP – Partai Nasdem – PPP.
Mengikuti mekanisme pendaftaran candidate
Presiden/Wakil Presiden yang diusung oleh 20% suara yang diraih pada Pemilu
2014 maka dapat disusun simulasi.
Anggaplah PDIP – Partai Nasdem tanpa
ragu mendukung Jokowi maka Jokowi meraih 6,7 %ditambah 18,9 % menjadi 25,6%.
Artinya secara matematis, Jokowi dapat mendaftarkan diri ke KPU. Ditambah PPP
(6,3 %) maka sepertiga suara sudah mencukupi untuk mendaftar (31,9 %).
Selain itu berdasarkan hasil
keputusan Partai Golkar yang mendukung Jokowi, maka
mendapatkan limpahan suara 14,75 %. Maka
Jokowi mantap mendatangi kantor KPU (46,65%). Semakin mantap ketika PKB
mendampinginya (55,69%) dan dibantu Partai Hanura (60,95 %).
Sedangkan Prabowo yang didukung oleh
Partai Gerindra (11,81%) kemudian PKS (6,7 %) dan Partai PAN (7,59 %) maka
memenuhi persyaratan untuk ke KPU (26,1 %).
Simulasi kedua semakin rumit. Ketika
PKS mengancam Partai Gerindra agar menerima nama yang disodorkan maka Partai
Gerindra tidak memenuhi persyaratan hanya bergandengan dengan PAN (19,4 %). Kecuali
mendapatkan sokongan dari Partai Demokrat, Prabowo aman untuk mendaftarkan ke
KPU. Atau didampingi PKB (28,44 %).
Simulasi ketiga ketika wacana poros
tengah menguat. Partai Demokrat, PAN, PKB dapat mengusung kandidat sendiri
(26.82 %). Atau Partai Demokrat, PAN dan PKS (27,44 %)
Melihat simulasi diatas, maka
penentuan adalah Partai Golkar dan PKB. Partai Golkar mempunyai posisi yang
cukup strategis untuk dapat memilih mendukung Joowi, Prabowo atau membangun
poros tengah.
Begitu juga dengan PKB. Dengan
cerdik (terlepas tagar “Join), posisi
Cak Imin yang ditawarkan menjadi Cawapres mempunyai kartu AS yang dapat
ditawarkan kepada ketiga poros. Baik kepada Jokowi, Prabowo atau poros tengah.
Strategi jitu untuk “menguasai panggung”
setelah nama Jokowi dipastikan aman untuk mendaftar.
Namun yang masih belum ketemu adalah
Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Kekuatan partai Demokrat membangun poros
tengah dan kekukuhan Partai Gerindra untuk tetap mencalonkan Prabowo membuat “alur”
ini sulit disatukan.
Kampanye SBY tentang “game changer” adalah strategi jitu untuk
mengatur ritme pertempuran. Dan SBY mempunyai strategi ciamik yang justru akan
dapat menjungkalkan peta pertarungan pilpres 2019.
Dengan melihat suasana politik masih
cair maka momentum pendaftaran menarik untuk diikuti. Dimana posisi Partai
Golkar dan PKB ?
Siapa yang memenuhi persyaratan
Prabowo untuk mendaftar ? Dan bagaimana dengan nasib poros tengah ?