20 Juli 2018

opini musri nauli : MATEMATIKA DI PILPRES 2019


Terlepas dari manuver beberapa partai menjajaki candidate Pilpres 2019, secara resmi Partai yang sudah mendeklarasikan mendukung candidate tertentu sudah disampaikan ke Publik. PDIP – Partai Nasdem – PPP – Partai Golkar mendukung Jokowi. Partai Gerindra mendukung Prabowo.
Untuk sementara PKB mempunyai kartu as. Terlepas dengan kampanye “Join – (Jokowi – Cak Imin)”, tapi Cak Imin tetap disodorkan sebagai wakil. “Siapapun Presiden-nya, cak imin Wakinya” Kata temanku sembari menunjukkan merchandise yang bertuliskan “Join”.

Sementarai PKS tetap menyodorkan 9 orang yang menjadi rujukan partai untuk menentukan sikapnya. Walaupun Anis Matta sudah mendeklarasikan dan kemudian diikuti Mardani Ali Sera namun sama sekali belum menarik perhatian partai. Hingga kini belum terdengar suara dari partai yang lain terhadap tawaran PKS.

Berbeda dengan PKS. Partai Demokrat menawarkan jalan ketiga dengan tema “Poros tengah”. Sebuah poros mengingatkan Tarik menarik Pemilihan Presiden tahun 1999. Antara Partai nasionalis dan partai Islam. Poros Tengah kemudian mengantarkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden oleh MPR.

Dengan tagline “game changer”, poros tengah yang ditawarkan Partai Demokrat belum mendapatkan respon dari partai-partai yang lain.

Dalam menghitung waktu pendaftaran Presiden/wakil Presiden tinggal menghitung hari, maka Jokowi mendapatkan dukungan mutlak dari PDIP – Partai Nasdem – PPP.

Mengikuti mekanisme pendaftaran candidate Presiden/Wakil Presiden yang diusung oleh 20% suara yang diraih pada Pemilu 2014 maka dapat disusun simulasi.

Anggaplah PDIP – Partai Nasdem tanpa ragu mendukung Jokowi maka Jokowi meraih 6,7 %ditambah 18,9 % menjadi 25,6%. Artinya secara matematis, Jokowi dapat mendaftarkan diri ke KPU. Ditambah PPP (6,3 %) maka sepertiga suara sudah mencukupi untuk mendaftar (31,9 %).

Selain itu berdasarkan hasil keputusan Partai Golkar yang mendukung Jokowi, maka
mendapatkan limpahan suara 14,75 %. Maka Jokowi mantap mendatangi kantor KPU (46,65%). Semakin mantap ketika PKB mendampinginya (55,69%) dan dibantu Partai Hanura (60,95 %).

Sedangkan Prabowo yang didukung oleh Partai Gerindra (11,81%) kemudian PKS (6,7 %) dan Partai PAN (7,59 %) maka memenuhi persyaratan untuk ke KPU (26,1 %).


Simulasi kedua semakin rumit. Ketika PKS mengancam Partai Gerindra agar menerima nama yang disodorkan maka Partai Gerindra tidak memenuhi persyaratan hanya bergandengan dengan PAN (19,4 %). Kecuali mendapatkan sokongan dari Partai Demokrat, Prabowo aman untuk mendaftarkan ke KPU. Atau didampingi PKB (28,44 %).

Simulasi ketiga ketika wacana poros tengah menguat. Partai Demokrat, PAN, PKB dapat mengusung kandidat sendiri (26.82 %). Atau Partai Demokrat, PAN dan PKS (27,44 %)

Melihat simulasi diatas, maka penentuan adalah Partai Golkar dan PKB. Partai Golkar mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dapat memilih mendukung Joowi, Prabowo atau membangun poros tengah.

Begitu juga dengan PKB. Dengan cerdik (terlepas tagar “Join), posisi Cak Imin yang ditawarkan menjadi Cawapres mempunyai kartu AS yang dapat ditawarkan kepada ketiga poros. Baik kepada Jokowi, Prabowo atau poros tengah. Strategi jitu untuk “menguasai panggung” setelah nama Jokowi dipastikan aman untuk mendaftar.

Namun yang masih belum ketemu adalah Partai Demokrat dan Partai Gerindra. Kekuatan partai Demokrat membangun poros tengah dan kekukuhan Partai Gerindra untuk tetap mencalonkan Prabowo membuat “alur” ini sulit disatukan.

Kampanye SBY tentang “game changer” adalah strategi jitu untuk mengatur ritme pertempuran. Dan SBY mempunyai strategi ciamik yang justru akan dapat menjungkalkan peta pertarungan pilpres 2019.

Dengan melihat suasana politik masih cair maka momentum pendaftaran menarik untuk diikuti. Dimana posisi Partai Golkar dan PKB ?

Siapa yang memenuhi persyaratan Prabowo untuk mendaftar ? Dan bagaimana dengan nasib poros tengah ?