22 Juli 2018

opini musri nauli : PARTAI GERINDRA – Pemimpin Oposisi



Dari hasil berbagai survey, Prabowo masih diunggulkan menjadi “penantang” serius di Pilpres 2019. Sebagai penantang serius, Prabowo berhasil menyingkirkan Gatot Nuryanto, Anies Baswedan, Tuan Guru Bajang (Gubernur NTB) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Sebagai penantang serius Pileg 2019, Prabowo “kenyang” mengikuti Pilpres. Mengikuti konvensi Partai Golkar  tahun 2004, Wakil Presiden 2009 mendampingi Megawati Soekarnoputri (PDIP) dan candidate Presiden 2014. Dengan sederet proses panjang mengikuti pilpres berhasil menancap kuat di pulbik. Sehingga dapat dimengerti Prabowo jauh meninggalkan candidate lain.

Tidak salah kemudian Partai Gerindra diindentikkan dengan Prabowo.

Mengambil pilihan sebagai “partai oposisi” tahun 2009, 2014, Partai Gerindra masih jauh meninggalkan perolehan suara dari partai lain.

Tahun 2014, Partai Gerindra sebagai pemenang ketiga (11,81 %) setelah PDIP dan Partai Golkar. Mampu menyalip pemenang pemilu 2009, Partai Demokrat (10,19%). Namun kemudian meninggalkan jauh rekan koalisi Pilpres 2014 seperti  PPP (6,53 persen), PKS (6,79%) dan PAN  (7,59 persen).

Namun peta “koalisi” mulai berubah. Partai Golkar yang sudah berikrar “menjadi bagian” dari mendukung PDIP dan PPP yang memberilkan dukungan menyebabkan Partai Gerindra tinggal ditemani PKS dan Partai PAN.

Dengan melihat peta dukungan yang tersisa maka Partai Gerindra tidak cukup hanya mengandalkan suara partai saja (11,81%) untuk mendaftarkan Prabowo. Atau hanya “sekedar” mengajak PAN atau PKS saja.

Dengan menggabungkan Partai Gerindra (11,81%) dan didukung PAN (7,59%) hanya menghasilkan angka 19,4 %. Angka tipis untuk mencukupi pendaftaran.

Sedangkan Partai Gerindra (11,81%) dengan PKS (6,79%) lebih jauh mengurangi untuk mengikuti pendaftaran. Hanya menghasilkan 18,6%.

Dengan demikian maka apabila Partai Gerindra hanya menggandeng PAN saja atau Partai Gerinda dengan PKS saja sama sekali tidak memenuhi persyaratan ke KPU.

Tidak salah kemudian “koalisi” 2014, Partai Gerindra, PAN dan PKS harus bersama-sama untuk mencukupi persyaratan ke KPU.

Sedangkan dengan Partai Demokrat yang mengusung poros baru dengan tagline “poros tengah” masih jauh terkesan bergabung dengan Partai Gerindra.

Namun sebagai partai oposisi 2009 dan tahun 2014, Partai Gerindra masih terlalu tangguh untuk ditinggalkan partai-partai oposisi. Partai Gerindra merupakan lawan tangguh dan penantang serius pilpres 2019.

Capaian yang belum mampu dikejar oleh PAN, PKS dan Partai Demokrat untuk mengikuti pilpres 2019. Dan Partai Gerindra merupakan pemimpin koalisi dan menjadi pemersatu partai-partai yang memilih oposisi.