Dari
hasil berbagai survey, Prabowo masih diunggulkan menjadi “penantang” serius di
Pilpres 2019. Sebagai penantang serius, Prabowo berhasil menyingkirkan Gatot
Nuryanto, Anies Baswedan, Tuan Guru Bajang (Gubernur NTB) dan Agus Harimurti
Yudhoyono (AHY).
Sebagai
penantang serius Pileg 2019, Prabowo “kenyang” mengikuti Pilpres. Mengikuti
konvensi Partai Golkar tahun 2004, Wakil
Presiden 2009 mendampingi Megawati Soekarnoputri (PDIP) dan candidate Presiden
2014. Dengan sederet proses panjang mengikuti pilpres berhasil menancap kuat di
pulbik. Sehingga dapat dimengerti Prabowo jauh meninggalkan candidate lain.
Tidak
salah kemudian Partai Gerindra diindentikkan dengan Prabowo.
Mengambil
pilihan sebagai “partai oposisi” tahun 2009, 2014, Partai Gerindra masih jauh
meninggalkan perolehan suara dari partai lain.
Tahun
2014, Partai Gerindra sebagai pemenang ketiga (11,81 %) setelah PDIP dan Partai
Golkar. Mampu menyalip pemenang pemilu 2009, Partai Demokrat (10,19%). Namun
kemudian meninggalkan jauh rekan koalisi Pilpres 2014 seperti PPP (6,53 persen), PKS (6,79%) dan PAN
(7,59 persen).
Namun peta “koalisi” mulai berubah. Partai Golkar yang sudah berikrar “menjadi bagian” dari mendukung PDIP dan
PPP yang memberilkan dukungan menyebabkan Partai Gerindra tinggal ditemani PKS
dan Partai PAN.
Dengan melihat peta dukungan yang
tersisa maka Partai Gerindra tidak cukup hanya mengandalkan suara partai saja
(11,81%) untuk mendaftarkan Prabowo. Atau hanya “sekedar” mengajak PAN atau PKS
saja.
Dengan menggabungkan Partai Gerindra
(11,81%) dan didukung PAN (7,59%) hanya menghasilkan angka 19,4 %. Angka tipis
untuk mencukupi pendaftaran.
Sedangkan Partai Gerindra (11,81%)
dengan PKS (6,79%) lebih jauh mengurangi untuk mengikuti pendaftaran. Hanya
menghasilkan 18,6%.
Dengan demikian maka apabila Partai
Gerindra hanya menggandeng PAN saja atau Partai Gerinda dengan PKS saja sama
sekali tidak memenuhi persyaratan ke KPU.
Tidak salah kemudian “koalisi” 2014,
Partai Gerindra, PAN dan PKS harus bersama-sama untuk mencukupi persyaratan ke
KPU.
Sedangkan dengan Partai Demokrat
yang mengusung poros baru dengan tagline “poros
tengah” masih jauh terkesan bergabung dengan Partai Gerindra.
Namun sebagai partai oposisi 2009
dan tahun 2014, Partai Gerindra masih terlalu tangguh untuk ditinggalkan
partai-partai oposisi. Partai Gerindra merupakan lawan tangguh dan penantang
serius pilpres 2019.
Capaian yang belum mampu dikejar
oleh PAN, PKS dan Partai Demokrat untuk mengikuti pilpres 2019. Dan Partai Gerindra
merupakan pemimpin koalisi dan menjadi pemersatu partai-partai yang memilih
oposisi.