08 Agustus 2018

opini musri nauli : NAK



Putriku. Tinggalkan gadgetmu. Kemasi pakaianmu. Pergilah keluar menatap dunia.  Jangan hiraukan suara sumbang. “Anak perempuan kok keluar kota tanpa ditemani ?.

Jangan hiraukan polemic tentang “bumi datar’. Biarlah yang percaya dengan bumi datar dengan alasannya. Biarlah mereka hidup dengan kepercayaannya.

Tidak perlu kau ceritakan letak bumi dibandingkan jagat raya. Dari ketinggian melihat gunung. Kau nanti bisa bercerita tentang indahnya nusantara.

Anakku. Tinggalkan dunia maya. Pergilah sekejab. Bawalah kamera. Photo-photo keajaiban karya sang Pencipta. Agar kau bisa bercerita sambil matamu berbinar-binar.

Anakku. Tidak perlu mengumpulkan uang dan setelah kaya baru engkau berpetualang.
Sisihkan uang jajanmu. Kemudian carilah tempat-tempat indahnya nusantara. Kau mengagumi keindahan sembari ingat kepadanya.

Anakku. Tidak perlu ikut perkumpulan yang bikin pikiranmu rumit. Nikmati masa mudamu dengna duniamu sendiri. Nikmati tentang ragam penduduk yang ramah kepada pendatang. Yang tulus bersahabat dengan pelancong.

Anakku. Jangan percaya orang yang tidak pernah berjalan jauh. Kata nenek-nenek dikampung. “tidak usah percaya cerita katak yang hidup dibawah tempurung”. Dunia cuma dipandang yang bisa dilihat diatas tempurung”. Jangan percaya itu.

Anakku. Isilah dunia dengan keceriaan. Nikmati setiap detik-detik dengan berarti. Bergabunglah dengna mereka yang mau mendengarkan cerita petualangamu. Bukan mendengarkan cerita mereka yang cuma dapat dari cerita orang lain.

Anakku. Engkau akan ketemu masyarakat yang rela dan tulus menyambut tamu. Tanpa pernah tanya apa agamamu. Tanpa pernah tanya keyakinanmu. Namun mereka akan selalu sedia menyediakan tempat sholat. Karena mereka mengetahui bagaimana engkau disiplin menunaikan sholat. Bahkan mereka akan juga mengingatkan akan waktu sholat.

Anakku. Engkau bisa merasakan. Merasakan puasa di negara jauh dari tanah air. Engkau tidak mampu berkata-kata ketika mereka rela “memasakkan” berbeda agar engkau tenang menyantap makanan berbuka. Bahkan mereka rela bangun pagi menyiapkan sahurmu.

Anakku. Pergilah kedunia para sahabat yang menyambutmu dengan tangan terbuka. Sambutan hangat persahabatan. Dan kemudian memisahkan dirimu dari kerumunan sembari berbisik “disini saja makannya’.

Pergilah kedunia. Dimana tempat retret yang menyediakan kamarmu. Namun rela menurunkan patung Yesus didinding. Dan menyediakan kain sholat dan sajadah tanpa perlu engkau minta.

Anakku. Pergilah ke negeri yang jauh diseberang lautan. Menempuh perjalanan panjang. Menemukan masyarakat. Yang rela menyisihkan uangnya setiap bulan untuk rakyat Palestina. Tanpa pernah memikirkan agama yang dianutnya dan rakyat Palestina.

Pergilah memenuhi rasa tanyamu. Memenuhi dahaga petualangmu. Pergilah memenuhi daya khayalmu. Agar engkau mengisi hari-harimu dengan ceria.

Kuburlah mimpi tentang rumah bak istana. Atau tinggal seperti Ratu di kerajaan.

Buanglah. Karena mimpimu tidak terbatas. Seluas alam jagat raya dari sang pencipta.

Pergilah. Karena dengan kepergianmu. Engkau akan selalu rindu akan pulang. Engkau akan tahu arti pemberhentian. Engkau akan tahu arti rumah.

Percayalah. Dengan kepergianmu. Engkau akan mengetahuai kekayaan Indonesia. Masakannya yang rasa dan nikmatnya tiada dua.

Dan sembari memasuki malam hari, engkau tidur dengan lelap. Sembari berharap memenuhi mimpimu keesokan harinya.