Putriku.
Tinggalkan gadgetmu. Kemasi pakaianmu. Pergilah keluar menatap dunia. Jangan hiraukan suara sumbang. “Anak perempuan
kok keluar kota tanpa ditemani ?.
Jangan
hiraukan polemic tentang “bumi datar’. Biarlah yang percaya dengan bumi datar
dengan alasannya. Biarlah mereka hidup dengan kepercayaannya.
Tidak
perlu kau ceritakan letak bumi dibandingkan jagat raya. Dari ketinggian melihat
gunung. Kau nanti bisa bercerita tentang indahnya nusantara.
Anakku.
Tinggalkan dunia maya. Pergilah sekejab. Bawalah kamera. Photo-photo keajaiban
karya sang Pencipta. Agar kau bisa bercerita sambil matamu berbinar-binar.
Anakku.
Tidak perlu mengumpulkan uang dan setelah kaya baru engkau berpetualang.
Sisihkan
uang jajanmu. Kemudian carilah tempat-tempat indahnya nusantara. Kau mengagumi
keindahan sembari ingat kepadanya.
Anakku.
Tidak perlu ikut perkumpulan yang bikin pikiranmu rumit. Nikmati masa mudamu
dengna duniamu sendiri. Nikmati tentang ragam penduduk yang ramah kepada
pendatang. Yang tulus bersahabat dengan pelancong.
Anakku.
Jangan percaya orang yang tidak pernah berjalan jauh. Kata nenek-nenek
dikampung. “tidak usah percaya cerita katak yang hidup dibawah tempurung”.
Dunia cuma dipandang yang bisa dilihat diatas tempurung”. Jangan percaya itu.
Anakku.
Isilah dunia dengan keceriaan. Nikmati setiap detik-detik dengan berarti.
Bergabunglah dengna mereka yang mau mendengarkan cerita petualangamu. Bukan
mendengarkan cerita mereka yang cuma dapat dari cerita orang lain.
Anakku.
Engkau akan ketemu masyarakat yang rela dan tulus menyambut tamu. Tanpa pernah
tanya apa agamamu. Tanpa pernah tanya keyakinanmu. Namun mereka akan selalu
sedia menyediakan tempat sholat. Karena mereka mengetahui bagaimana engkau
disiplin menunaikan sholat. Bahkan mereka akan juga mengingatkan akan waktu
sholat.
Anakku.
Engkau bisa merasakan. Merasakan puasa di negara jauh dari tanah air. Engkau
tidak mampu berkata-kata ketika mereka rela “memasakkan” berbeda agar engkau
tenang menyantap makanan berbuka. Bahkan mereka rela bangun pagi menyiapkan
sahurmu.
Anakku.
Pergilah kedunia para sahabat yang menyambutmu dengan tangan terbuka. Sambutan
hangat persahabatan. Dan kemudian memisahkan dirimu dari kerumunan sembari
berbisik “disini saja makannya’.
Pergilah
kedunia. Dimana tempat retret yang menyediakan kamarmu. Namun rela menurunkan
patung Yesus didinding. Dan menyediakan kain sholat dan sajadah tanpa perlu
engkau minta.
Anakku.
Pergilah ke negeri yang jauh diseberang lautan. Menempuh perjalanan panjang.
Menemukan masyarakat. Yang rela menyisihkan uangnya setiap bulan untuk rakyat
Palestina. Tanpa pernah memikirkan agama yang dianutnya dan rakyat Palestina.
Pergilah
memenuhi rasa tanyamu. Memenuhi dahaga petualangmu. Pergilah memenuhi daya
khayalmu. Agar engkau mengisi hari-harimu dengan ceria.
Kuburlah
mimpi tentang rumah bak istana. Atau tinggal seperti Ratu di kerajaan.
Buanglah.
Karena mimpimu tidak terbatas. Seluas alam jagat raya dari sang pencipta.
Pergilah.
Karena dengan kepergianmu. Engkau akan selalu rindu akan pulang. Engkau akan
tahu arti pemberhentian. Engkau akan tahu arti rumah.
Percayalah.
Dengan kepergianmu. Engkau akan mengetahuai kekayaan Indonesia. Masakannya yang
rasa dan nikmatnya tiada dua.
Dan
sembari memasuki malam hari, engkau tidur dengan lelap. Sembari berharap
memenuhi mimpimu keesokan harinya.