06 Desember 2020

opini musri nauli : Cerita Perjalanan Betuah


Ketika Al Haris didalam perjalanan politiknya  (roadshow) ke Marga Batin Pengambang, menyusuri dusun-dusun yang termasuk ke Marga Batin Pengambang seperti Dusun seperti Dusun Muara Talang, Dusun Batin Pengambang, Dusun Muara Air Dua, Dusun Sekeladi, tiba-tiba saya kemudian tersentak. Ini perjalanan betuah. 


Apalagi dilanjutkan ke Tanah Kerinci, Marga Bukit Bulan, Marga Serampas, Marga Peratin Tuo, Marga Sungai Tenang. Sekedar menyebutkan beberapa nama yang saya kenal adalah “negeri betuah”. 


Tidak sembarangan orang yang bisa mampir dan kembali dengan selamat. Beberapa orang yang kukenal pernah harus “mencret” hingga 3 bulan. Bahkan konon harus kembali ke tempat-tempat betuah untuk sekedar minum air putih yang telah diberi “jampi-jampi”. 


Dan saya bisa pastikan, tidak setiap kandidat bisa mampir ke tempat-tempat betuah. 


Kata “betuah” berasal dari kata “tuah”. Sehingga kata betuah” berasal “bertuah”. Dengan dialek Melayu Jambi yang kemudian dilafalkan menjadi “betuah”. 


Tentu saja jejak kaki Al Haris mendatangi tempat-tempat betuah yang kemudian saya tuliskan. Berseri mengikuti perjalanan Al Haris. 


Disela-sela pertemuan di Tim Posko Media Publikasi Tim Pemenangan Al Haris-Sani, saya sering ditanyakan. 


“Sampai kapan opini betuah dituliskan, bang “, kata teman-teman media. 


“Saya sendiri tidak pernah menargetkan. Saya hanya menuliskan berdasarkan perjalanan Al haris itu sendiri. Kadangkala perjalanan Abdullah Sani (Yai Sani) juga saya tuliskan”, kata saya menjawab pertanyaan teman-teman. 


Hingga edisi ke 56, saya sendiri juga tidak mengetahui, apakah ini akan menjadi edisi terakhir. Atau masih menuliskannya. 


Semuanya mengalir. Tanpa ada tekanan ataupun target yang muluk. Apabila dirasa cukup menggambarkan perjalanan Al haris yang dikemas dengan judul “Perjalanan Betuah”


Tidak salah kemudian salah satu pertimbangan penting dalam masyarakat Melayu Jambi didalam memilih berangkat dari “tuah’. 


Sebuah proses yang dilahirkan, dibesarkan dan masih hidup dalam alam pemikiran masyarakat Melayu Jambi. 


Sehingga perjalanan politik (roadshow) yang kemudian diberi judul “Perjalanan Betuah” adalah gambaran perjalanan betuah dari Pemimpin yang memimpin Jambi. 


Semoga rakyat Jambi tidak salah memilih “tuahnya”. Karena mereka juga sadar, salah memilih tuah maka derita akan mereka tanggung satu generasi. 



Pencarian terkait : Opini Musri Nauli, Musri Nauli, jambi dalam hukum, Hukum adat jambi, jambi, sejarah Hukum adat jambi, politik jambi,


Opini Musri Nauli dapat dilihat www.musri-nauli.blogspot.com