Sebelum membahas Kecamatan VII Koto Ilir dan Kecamatan VII Koto yang termasuk kedalam wilayah adat Marga VII Koto, penulis akan mengisahkan tentang Kecamatan Sumay dan Kecamatan Serai Serumpun.
Wilayah Kecamatan Sumay dan Kecamatan Serai Serumpun termasuk kedalam wilayah adat Marga Sumay.
Marga Sumay, Marga VII Koto, Marga IX Koto, Marga Petajin Hulu, Marga Petajin Ilir dan Marga Tabir Ilir termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Tebo. Didalam bukunya F. J Tideman dan P. L. F, Sigar “De Jambi” kemudian disebut “onderafdeeling Tebo’. Marga Sumay langsung berbatasan dengan Residentie Riouw en Onderhoorigheden.
“Riouw en Onderhoorigheden” dikenal sebagai Residentie Riau. Sekarang dikenal sebagai Provinsi Riau.
Marga IX Koto, Margo Petajin Ulu. Pusat Margo Sumay di Teluk Singkawang. Sedangkan Margo IX Koto di Teluk Kuali. Dan Margo Petajin Ulu di Maro Tebo.
Ditengah masyarakat, membicarakan Marga Sumay tidak dapat dipisahkan berbagai seloko seperti “rimbo simpanan atau rimbo larangan” seperti hutan keramat seperti tanah sepenggal, Bulian bedarah, Bukit selasih, Pasir Embun, Sialang Pendulangan, Lupak Pendanauan, dan Guntung, Tunggul pemarasan, Pantang Padan, Bukit Siguntang, Gulun, Tepi Sungai, Sialang Pendulangan, Lupak Pendanauan, Beduangan. atau Rimbo bulian, Sialang Pendulangan, Lupak Pendanauan dan Gulun.
Masyarakat Margo Sumay adalah penduduk yang bermukim di sepanjang Sungai Sumay. Sungai Sumay adalah salah satu anak sungai yang bermuara ke Sungai Batanghari.
Sumay berasal dari kata “su” dan “May” artinya Malayu. Dengan demikian, maka Sumay artinya Se melayu. Kaum melayu. Elizabeth menyebutkan sebagai Jambi dengan stereotip negara Melayu Klasik.
Namun dari versi yang lain, sebenarnya Batang Sumay bernama adalah Cempako rame. Cempako adalah nama pohon. Cerita tentang Sumay adalah ketika seseorang yang datang ke Muara Batang Sumay. Dia bertanya kepada seorang nenek yang berpenyakitan. Sakitnya adalah mulutnya tidak bisa berbicara. Ketika terus bertanya, namun nenek tidak menjawab dan mulutnya penyakit lumai. Ketika kesal, maka pendatang tersebut mengatakan. Ya. Sudah. Nama sungai ini adalah Sungai Lumai. Ketika terus menerus disebutkan, maka menjadi Sungai limai. Dilakukan terus menerus sehingga kedengaran seperti Sumay (padahal menyebutkan Sungai Limai).
Kedatangan penduduk Batang sumay terdiri dari berbagai versi. Versi pertama adalah Rajo Patih Penyiang rantau. Dimulai turunnya Datuk Patih Penyiang Rantau dicari tukang yang berempat. Keempatnya kemudian dinamakan Jutai Jati Bilangan Pandai untuk membuat Belancang kulit betimpo lekar untuk turun ke batang rantau. Seluruh rantau itu ada depatinyo.
Sedangkan versi kedua disebutkan, Dahulu ada seorang sakti yang berasal dari Pagaruyung yang bernama Datuk Intan Jayo, Raja kuasa. Dia datang dari ulu Sumay. Ketika dia datang, dusun yang pertama didatangi adalah di Dusun Muko-muko. Disebutkan “muko-muko” karena memang dusun ini yang dimuko (didepan). Dengan demikian, maka Dusun “muko-muko” ditetapkan sebagai Dusun Tuo dari Sumay. Dan sekarang disebutkan sebagai Dusun “tuo sumay”.
Menurut tutur di Marga Sumay, Margo Sumay terdiri dari Dusun yaitu : Dusun Tuo Sumay, Dusun Teluk, Dusun Langkap, Dusun Napal Putih, Dusun Muara Sekalo, Dusun Sungai Arang, Dusun Semambu, Dusun Suo-suo, Dusun Pemayungan, Dusun Semerantihan, Dusun Batu Cuguk, Dusun Koto Tinggi.
Pencarian terkait : Musri Nauli, jambi dalam hukum, opini Musri Nauli, hukum adat jambi, jambi
Opini lain dapat dilihat : www.musri-nauli.blogspot.com