24 Mei 2021

opini musri nauli : Gegar di Istana Astinapura

Syhadan. Terdengar kehebohan di Istana Astinapura. Para adipati, Rio, Mangku, debalang batin, Punggawa kerajaan mengelilingi Raja Astinapura. Mendengarkan kabar dari sang telik sandi. 

“Tuanku. Terdengar kehebohan di kerumuman pasar. Ada pendekar yang hendak bertarung di alun-alun Istana Astinapura. Menyebarkan kepingan emas. Mengambil emas dari brangkas Istana. Demikian, tuanku”, sembah sang Telik sandi. Wajahnya tertekuk dan menghadap ke Lantai Istana Astinapura. Tidak berani mengadahkan kepalanya. 


“Apakah patut para pendekar menyebarkan kepingan emas ?”, tanya sang Raja heran. 


“Bukankah sang pendekar Sebelum mengeluarkan ajimat dan mantra Serta jurus diperagakan di alun-alun depan Istana Astinapura harus mempunyai budiluhur”, lanjut sang Raja semakin heran. 


“Tuanku, Raja Astinapura. Cela dan cara yang tidak patut yang diperagakan pendekar tidak direstui oleh Dewata Agung, tuanku. Biarlah Kutukan dan laknat dari Dewata Agung yang akan menimpanya”, kata sang Adipati. Sembari merebahkan badan. Khawatir mendapatkan cela dari Sang Raja. 


“Benar, sang adipati. Kutukan dan laknat dari Dewata Agung masih berlaku di negeri Astinapura”, titah sang Raja. 


“Mari kita saksikan pertandingan didepan alun-alun. Semoga dewata Agung dapat memberikan perlindungan kepada Negeri Astinapura”, Lanjut Titah Sang Raja. 


“Baiklah, Tuanku. Titah tuanku akan hamba laksanakan”. Kata yang Hadir.