05 Mei 2021

opini musri nauli : Puyang (2)

Menyebutkan “puyang” masyarakat Melayu Jambi bermacam-macam. Bahkan kedatangannyapun beragam. 

Ada yang menyebutkan dari Pagaruyung. Sebagaimana seloko “Jika menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung” atau “Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke Minangkabau” membuktikan hubungan kekerabatan yang kuat antara masyarakat di hulu Sungai Batanghari dengan Pagaruyung.


Seloko ini hampir dapat ditemui di berbagai tempat di Uluan Jambi. 


Ada yang menyebutkan berasal dari Jawa Mataram, Jawa Majapahit sebagaimana ikrar di masyarakat Serampas. Sebagaimana dituliskan didalam Peraturan Daerah Kabupaten Merangin No 8 Tahun 2016 disebutkan tentang masyarakat Hukum Adat Marga Serampas kemudian menyebutkan salah satu “Depati Pulang Jawa”. 


Nama Seh Bari juga dilekatkan ditengah-tengah masyarakat Marga Tiang Pumpung, Marga Renah Pembarap dan Marga Senggrahan. 


Seh Bari dituliskan oleh G.W.J Drewes didalam karya klasiknya “The Admonation Of Sheh Bari”. 


Berbagai data menyebutkan “The Admonation of Sheh Bari”, yang terbit tahun 1969 memperkenalkan, mengedit dan menterjemahkan kembali satu naskah muslim Jawa pada abad ke 16 yang dihubungkan dengan Sunan Bonang. 


Naskah dalam buku ini, manuskripnya tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden dalam code of 1928. Menurut penelitian Schrieke yang kemudian diperkuatkan Drewes manuskrip ini ditemukan di pelabuhan Jawa Timur, Sedayu atau Tuban oleh Damesius Van Blijemburg pada pelayaran Belanda ke Indonesia yang pertama. 


Mengikuti jejak naskah yang berbahasa Jawa yang berisikan ajaran-ajaran Islam abad XVI yang menyebutkan Seh Bari merupakan ulama yang berangkat dari pertimbangan metafisik dan etos asketik yang berasal dari mistik Islam, tasawuf yang merupakan pemikiran yang tumbuh didunia islam Suni. 


Kitab yang diwariskan oleh Seh Bari mengedepankan mistik islam, tasawuf dan sufi merupakan jejak dari peradaban Islam pada awal-awal penyebarannya di Jawa. 


Baca : Puyang (1)