Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “akar” diartikan bagian tumbuh-tumbuah yang masuk kedalam Tanah. Berfungsi sebagai alat penguat dan pengisap air. Sekaligus zat makanan.
Namun makna akar juga dapat diartikan sebagai asal mula atau pokok Pangkal yang menjadi sebab-sebab atau penyebab.
Kata akar banyak sekali ditemukan didalam seloko Jambi. Seperti “Dimano bumi dipijak disitu langit dijunjung, dimano biduk ditarik disitu galang diletakkan, dimano akar ditetak disitulah aiknyo menetes”.
Makna Seloko “Dimano bumi dipijak disitu langit dijunjung, dimano biduk ditarik disitu galang diletakkan, dimano akar ditetak disitulah aiknyo menetes” juga sering diartikan sebagai “proses pembuktian didalam perselisihan hukum adat”.
Kata “akar” dapat juga ditemukan didalam seloko kepemimpinan. “Pohon Gedang ditengah dusun. Pohonnya rindang tempat beteduh. Akarnya kuat tempat besilo. Dahannya kuat tempat berayun”. “Tempat pegi betanyo. Tempat balek beberito”.
Kata “akar” menunjukkan “tempat yang kuat” untuk duduk besilo. Sehingga kepemimpinan dapat memayungi seluruh masyarakat. Dalam alam kosmopolitan masyarakat Jawa dikenal “Memayung Hayuning Bawana”.
Kata akar juga menunjukkan tempat yang sering dikategorikan daerah gambut. Seloko “akar bekait, pakis dan Jelutung”. Ada yang menyebutkan kata “akar bekait” dengan istilah “kait-kait”.
Seloko “akar bekait, pakis dan Jelutung” atau “kait-kait” menunjukkan kekhasan daerah “payo” atau payo dalam. Yang kemudian dikenal gambut.
“Payo”, “payo dalam”, “soak”, “Lopak” adalah nama-nama tempat yang dikenal di Jambi. Ada juga menyebutkan “Bento” atau “Lebak”.
Di Sumsel dikenal “rawang hidup”. Ada juga menyebutkan “Lebak Berayun”. Sedangkan untuk Gambut dalam malah dikenal “lebak lebung”. Di Papua dikenal “tanah goyang”. Di Kalbar dikenal “tanah sapo”. Bahkan di Kalsel malah dikenal “Tanah Irang”.
Nama-nama inilah yang kemudian dikenal daerah gambut.