Kata Tapa malenggang terdiri dari “tapa” dan malenggang. Tapa adalah nama ikan yang dikenal di masyarakat Melayu Jambi. Ikan itu berukuran besar, panjangnya bisa mencapai hampir satu meter.
Sedangkan kata “malenggang” adalah dialek masyarakat Melayu Jambi dari kata “melenggang’. Kata Melenggang” berasal dari kata “lenggang”.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “lenggang” adalah Gerakan tangan terayun-ayun ketika berjalan. Kata “lenggang” juga diartikan sebagai terayun-ayun.
Didalam pepatah Indonesia juga dikenal “lenggang kangkung”. Yang diartikan lenggang yang lemah gemulai. Mirip daun kangkung yang diayun-ayun di air. Arti kata “lenggang kangkung” juga dimaknai dengan “bersantai-santai. “Leha-leha” tanpa tujuan.
Disebabkan ikan tapa yang bergerak didalam air badannya yang meliuk-liuk. Cara meliuk-meliuk bak “penari maka kemudian disebut malenggang. Sehingga cerita Rakyat Batanghari “tapa malenggang” adalah ikan tapa yang berenang-renang. Baik malenggang.
Tradisi dan cerita Rakyat “Tapa malenggang” sudah menjadi kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat.
Didalam skripnya FACHTRIA ANIZA menyebutkan, Kabupaten Batanghari kemudian mengadakan festival “Tapa Malenggang. Rangkaian acara seperti “arak-arakkan”, “Bekarang besamo” dan Festival Musik Tradisi.
“Arak-arakkan” sering dilihat didalam mengantar penganten, prosesi upacara adat dan berbagai kegiatan kebudayaan sehari-hari di Jambi.
Sedangkan “bekarang besamo” adalah kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap tradisional. Biasanya dilakukan setelah banjir besar yang menggenangi “payo”, “payo dalam” lubuk dan Danau’.
Sedangkan ikan yang ditangkap ketika kegiatan “bekarang besamo” berasal dari ikan uluan. Biasa disebut dengan “ikan mudik”. Tradisi yang dilakukan pertengahan tahun.
Menurut Peraturan Bupati Batang Hari Nomor 44 Tahun 2017 Tentang Pelestarian Dan Pengembangan Budaya Daerah disebutkan “Pelestarian dan pengembangan budaya yakni adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat dimaksudkan untuk memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Mengutip Skripsi FACHTRIA ANIZA, Tapa Malenggang kemudian ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dengan domian tradisi dan ekspresi lisan.