12 Agustus 2018

opini musri nauli : Marga Maro Sebo Tengah




Marga Maro Sebo Tengah terletak diantara Marga Kembang Paseban dan Marga Maro Sebo Ilir. Karena terletak ditengah maka kemudian disebut sebagai Marga Maro Sebo Tengah.

Marga Maro Sebo Tengah berbatasan dengan Marga Maro Sebo Ilir di Teluk Manggus di Danau Embat. Dengan Marga Batin 24 terletak di Dusun Empelu Hulu Sungai Tembesi. Dan dengan Mersam yang termasuk kedalam Marga Kembang Paseban. Selain itu juga berbatas dengan Tanah Tungkal.

Istilah manggus adalah manggis. Dahulu manggis disebut Manggus.

Masyarakat mengenal batin 25. Apabila kita lihat dengan peta Schetskaart Residentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga’s), yang dimaksudkan dengan Batin 25 adalah Batin 5. Batin 5 berpusat di Matagoal

Marga Maro Sebo Tengah berpusat di Muara Tembesi. Dusun-dusun yang termasuk kedalam Marga Maro Tengah terdiri dari Dusun Rantau Kapas Tuo, Dusun Rantau Kapas Mudo, Dusun Pelayangan, Dusun Rambutan Masam, Dusun Sungai Pulai dan Dusun Sungai Rumbai[1].

Marga Maro Sebo Tengah dikenal didalam Piagam Tanah Tantan yang dibuat oleh oleh Sultan Agung Seri Inga Laga pada tahun 1277 h untuk Tumenggung Kerajaan Suta Dilago Periai Rajo Sari tentang Perbatasan Tanah Tantan dan tanah Batin Limo dalam Tembesi[2]

Disebut dengan Dusun Tembesi karena adanya Sungai Tembesi. Sedangkan Dusun Rantau Kapas dikenal kisah tentang 7 rumah. Waktu itu banyaknya kapuk (kapas). Waktu angin tiba penuhlah dusun dengan kapas. Sehingga kemudian dikenal dengan Kampung Kapas atau Rantau Kapas. Kampungnya yang tuo terletak di mudik. Sedangkan di hilir kemudian dikenal Rantau Kapas Mudo.

Sedangkan Pelayangan adalah tempat melayang (menyeberang). Disebut dengan rambutan masam memang daerah ini kemudian dikenal sebagai rambutan masam. Daerah ini hanya bisa menghasilkan rambutan yang rasanya masam.

Disebut Sungai Pulai karena ditepi sungai banyaknya pohon Pulai. Sedangkan Sungai Rumbai memang daerah ini dulunya banyaknya rumbai ditepi sungai. Rumbai digunakan untuk tikar.

Dulu kalau mau memerlukan rumbai untuk tikar, maka kesana untuk mengambil rumbai. Disana juga banyak Pedak. Pedak berasal dari kata Cempedak atau nangka cempedak.

Puyang Marga Maro Sebo Tengah dikenal “Datuk Puyang Anggut. Di Dusun masih terdapat makam Datuk Puyang Anggut.

Marga Maro Sebo Tengah kemudian dikenal sebagai Kecamatan Muara embesi.

Kecamatan Muara Tembesi terdiri dari Desa Ampelu, Desa Ampelu Mudo, Desa Jebak, Desa Kampung Baru, Kelurahan Pasar Muara Tembesi, Desa Pelayangan, Desa Pulau, Desa Rambutan Masam, Desa Rantau Kapas Mudo, Desa Rantau Kapas Tuo, Desa Sukaramai, Desa Sungai Pulai, Desa Tanjung Marwo.
Pusat Kecamatan Muara Tembesi di Kelurahan Pasar Tembesi.

Desa Jebak, Desa Ampelu, Desa Ampelu Mudo sebelumnya termasuk kedalam Batin 24.

Sebagai daerah bandar pelabuhan hasil Merica, Tembesi menjadi kekuasaan Orang Kayo Hitam. Tahun 1623, Pangeran Gede sebagai keturunan Orang Kayo menetapkan Tembesi sebagai daerah bawahan Jambi. Perang antara Kerajaan Jambi dan Kerajaan Palembang membuktikan, pentingnya Tembesi sebagai “suplay merica”. Tembesi dan Merangin dikenal sebagai daerah penghasil merica yang kaya.

Barbara kemudian menuliskan “para penduduk hulu dibawah kekuasaan Raja Palembang menyerang penduduk hulu dibawah kekuasaan Raja Tembesi. Mereka membakar 5 sampai 6 lusin (desa) dan mereka menawan para penduduk[3].

Peperangan kemudian diselesaikan dengan membangun kekerabatan melalui perkawinan. Pada tahun 1670, Pangeran Adipati Anum dari Jambi mengawini putri dari Palembang. Demikian juga Putra Mahkota Palembang dan saudaranya yang bernama Pangeran Dipati dan Pangeran Aria mengawini 2 putri Jambi.

Tahun 1676, Tembesi kemudian mengalami kebanjiran hingga menggenangi kebun merica dan mengakibatkan kerusakan. Bahkan tahun 1679, kampong-kampung mengalami peperangan degan Johor. Sehingga kebun merica semakin ditinggalkan dan hancur.

Namun Tembesi kemudian dikenal sebagai penyuplai Merica hingga tercatat tahun 1690. Sehingga tahun 1691 menjadi jalur perdagangan Palembang, Pedagang India yang datang dari Riau, Orang Johor yang membangun perekonomian di Mangunjaya datang dari Sungai Tungkal dan pedagang Bugis yang membawa kain dan garam yang kemudian ditukarkan dengan merica dan emas.

Sehingga tigapuluh tahun kemudian, Jambi terbagi di Muara Tembesi menjadi dua kerajaan. Satu berpusat di Hulu di Mangunjaya dan hilir di Tanah Pilih.

Kisah tentang juga dicatatkan didalam Pasal Raja Jambi yang kemudian memberikan  keris yang bernama Singa Marajaya yang kemudian dijadikan Kerajaan kepada orang Tembesi dan orang Batin Sembilan[4].



            [1] Hasan Basri, Desa Pelayangan, Muara Tembesi, 10 Agustus 2018
            [2] Prof. Dr. S Budhisantoso, dkk, Kajian Dan Analisa Undang-undang Piagam dan Kisah Negeri Jambi, Depdikbud, Jakarta, 1991, Hal. 215
            [3] Barbara, Hidup Bersaudara – Sumatera Tenggaran Pada Abad XVII – XVIII, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2016, Hal. 178
            [4] Prof. Dr. S Budhisantoso, dkk, Kajian Dan Analisa Undang-undang Piagam dan Kisah Negeri Jambi, Depdikbud, Jakarta, 1991, Hal. 49.