Marga
Maro Sebo Tengah terletak diantara Marga Kembang Paseban dan Marga Maro Sebo
Ilir. Karena terletak ditengah maka kemudian disebut sebagai Marga Maro Sebo
Tengah.
Marga
Maro Sebo Tengah berbatasan dengan Marga Maro Sebo Ilir di Teluk Manggus di
Danau Embat. Dengan Marga Batin 24 terletak di Dusun Empelu Hulu Sungai Tembesi.
Dan dengan Mersam yang termasuk kedalam Marga Kembang Paseban. Selain itu juga
berbatas dengan Tanah Tungkal.
Istilah
manggus adalah manggis. Dahulu manggis disebut Manggus.
Masyarakat
mengenal batin 25. Apabila kita lihat dengan peta Schetskaart Residentie Djambi
Adatgemeenschappen (Marga’s), yang dimaksudkan dengan Batin 25 adalah Batin 5.
Batin 5 berpusat di Matagoal
Marga
Maro Sebo Tengah berpusat di Muara Tembesi. Dusun-dusun yang termasuk kedalam
Marga Maro Tengah terdiri dari Dusun Rantau Kapas Tuo, Dusun Rantau Kapas Mudo,
Dusun Pelayangan, Dusun Rambutan Masam, Dusun Sungai Pulai dan Dusun Sungai
Rumbai[1].
Marga
Maro Sebo Tengah dikenal didalam Piagam Tanah Tantan yang dibuat oleh oleh
Sultan Agung Seri Inga Laga pada tahun 1277 h untuk Tumenggung Kerajaan Suta
Dilago Periai Rajo Sari tentang Perbatasan Tanah Tantan dan tanah Batin Limo
dalam Tembesi[2]
Disebut
dengan Dusun Tembesi karena adanya Sungai Tembesi. Sedangkan Dusun Rantau Kapas
dikenal kisah tentang 7 rumah. Waktu itu banyaknya kapuk (kapas). Waktu angin
tiba penuhlah dusun dengan kapas. Sehingga kemudian dikenal dengan Kampung
Kapas atau Rantau Kapas. Kampungnya yang tuo terletak di mudik. Sedangkan di
hilir kemudian dikenal Rantau Kapas Mudo.
Sedangkan
Pelayangan adalah tempat melayang (menyeberang). Disebut dengan rambutan masam
memang daerah ini kemudian dikenal sebagai rambutan masam. Daerah ini hanya
bisa menghasilkan rambutan yang rasanya masam.
Disebut
Sungai Pulai karena ditepi sungai banyaknya pohon Pulai. Sedangkan Sungai
Rumbai memang daerah ini dulunya banyaknya rumbai ditepi sungai. Rumbai
digunakan untuk tikar.
Dulu
kalau mau memerlukan rumbai untuk tikar, maka kesana untuk mengambil rumbai. Disana
juga banyak Pedak. Pedak berasal dari kata Cempedak atau nangka cempedak.
Puyang
Marga Maro Sebo Tengah dikenal “Datuk Puyang Anggut. Di Dusun masih terdapat
makam Datuk Puyang Anggut.
Marga
Maro Sebo Tengah kemudian dikenal sebagai Kecamatan Muara embesi.
Kecamatan
Muara Tembesi terdiri dari Desa Ampelu, Desa Ampelu Mudo, Desa Jebak, Desa
Kampung Baru, Kelurahan Pasar Muara Tembesi, Desa Pelayangan, Desa Pulau, Desa
Rambutan Masam, Desa Rantau Kapas Mudo, Desa Rantau Kapas Tuo, Desa Sukaramai,
Desa Sungai Pulai, Desa Tanjung Marwo.
Pusat
Kecamatan Muara Tembesi di Kelurahan Pasar Tembesi.
Desa
Jebak, Desa Ampelu, Desa Ampelu Mudo sebelumnya termasuk kedalam Batin 24.
Sebagai
daerah bandar pelabuhan hasil Merica, Tembesi menjadi kekuasaan Orang Kayo
Hitam. Tahun 1623, Pangeran Gede sebagai keturunan Orang Kayo menetapkan
Tembesi sebagai daerah bawahan Jambi. Perang antara Kerajaan Jambi dan Kerajaan
Palembang membuktikan, pentingnya Tembesi sebagai “suplay merica”. Tembesi dan
Merangin dikenal sebagai daerah penghasil merica yang kaya.
Barbara
kemudian menuliskan “para penduduk hulu
dibawah kekuasaan Raja Palembang menyerang penduduk hulu dibawah kekuasaan Raja
Tembesi. Mereka membakar 5 sampai 6 lusin (desa) dan mereka menawan para
penduduk[3].
Peperangan
kemudian diselesaikan dengan membangun kekerabatan melalui perkawinan. Pada
tahun 1670, Pangeran Adipati Anum dari Jambi mengawini putri dari Palembang.
Demikian juga Putra Mahkota Palembang dan saudaranya yang bernama Pangeran
Dipati dan Pangeran Aria mengawini 2 putri Jambi.
Tahun
1676, Tembesi kemudian mengalami kebanjiran hingga menggenangi kebun merica dan
mengakibatkan kerusakan. Bahkan tahun 1679, kampong-kampung mengalami
peperangan degan Johor. Sehingga kebun merica semakin ditinggalkan dan hancur.
Namun
Tembesi kemudian dikenal sebagai penyuplai Merica hingga tercatat tahun 1690. Sehingga
tahun 1691 menjadi jalur perdagangan Palembang, Pedagang India yang datang dari
Riau, Orang Johor yang membangun perekonomian di Mangunjaya datang dari Sungai
Tungkal dan pedagang Bugis yang membawa kain dan garam yang kemudian ditukarkan
dengan merica dan emas.
Sehingga
tigapuluh tahun kemudian, Jambi terbagi di Muara Tembesi menjadi dua kerajaan.
Satu berpusat di Hulu di Mangunjaya dan hilir di Tanah Pilih.
Kisah
tentang juga dicatatkan didalam Pasal Raja Jambi yang kemudian memberikan keris yang bernama Singa Marajaya yang
kemudian dijadikan Kerajaan kepada orang Tembesi dan orang Batin Sembilan[4].
Baca : Istilah Marga di Jambi