Entah apa yang terjadi dibelakang Istana Astinapura. Suara nyaris tidak terdengar. Saling bertatapan mata dan berbicara sambil membisikkan.
“Tuanku, sampai sekarang hamba belum mengerti. Mengapa keluarga istana masih menginginkan paduka agar tetap berkuasa. Padahal Paduka ingin istirahat setelah usia semakin menua”, tanya sang abdi dalem kepada Para pengawal Raja Astinapura.
“Entahlah. Sepertinya keluarga istana masih berharap kepada restu dari langit. Agar dapat menikmati singgana. Sayapun kurang mengerti’, jawab pengawal sang Raja.
“Tapi bukankah rakyat sudah mulai menjauhinya. Berbagai acara kerajaan kurang mendapatkan sambutan dari rakyat. Umbul-umbul kerajaan sudah jarang dikibarkan oleh rakyat. Mohon ampun, tuanku. Apabila hamba lancang berkata demikian. Hamba kasihan kepada sang Raja. Kelihatannya beliau ingin tenang istirahat. Usia yang semakin menua akan menjadi tambah berat apabila harus memikul tugas-tugas kerajaan”, tambah abdi dalem. Tangannya mengatup kedada. Khawatir lancang membicarakan suksesi kerajaan.
“Engkau tidak salah. Saya juga menyaksikan diberbagai tempat. Rakyat menginginkan Raja yang muda. Mereka sudah menyaksikan sendiri. Banyak sekali acara-acara kerajaan harus ditunda karena Sang Raja mendadak sakit. Kasihan rakyat yang sudah menunggu dialun-alun. Mereka berterik panas disiang hari. Namun akhirnya tidak berjumpa dengan Sang Raja”, kata Sang pengawal.
“Bahkan banyak sekali adipati mulai meminta kepada Sang Raja agar istirahat. Sang Raja mau hendak istirahat. Namun keluarganya masih menginginkan agar Raja tetap berkuasa”, tambah sang pengawal.
“Semoga Sang Raja tidak terpancing saran dari sengkuni yang tetap menghendaki Sang Raja tetap berkuasa. Sang Raja orang baik. Kasihan mendapatkan sugesti dari Sang Sengkuni yang tetap Sang Raja berkuasa. Hamba mohon pamit, tuanku. Pekerjaan dibelakang masih menunggu”, kata sang abdi dalem sembari bergegas pergi.
“Iya, silahkan”, kata sang pengawal segera bergegas kedepan istana. Menunggu Sang Raja hendak meninggalkan kerajaan Astinapura.