11 Desember 2020

opini musri nauli : Buah tangan, Pekerjaan tangan dan garis tangan


Banyak orang yang sering keliru menafsirkan politik praktis. Entah pemilihan kepala Daerah maupun pemilihan Kepala Desa. 


Berbagai kekeliruan semata-mata didasarkan “kurangnya” pemahaman tentang cara pandang masyarakat Melayu Jambi. 


Selain istilah “tuah” yang menggambarkan “garis keturunan” sebagai cara pandang melihat kepemimpinan, dikenal juga berbagai istilah seperti “pekerjaan tangan” dan “garis tangan”. 

Dalam sebuah pembicaraan sehari-hari, disudut sebuah kampung, jauh dari signal internet – kadangkala belum dijangkau oleh listrik, pembicaraan cara pandang memilih pemimpin begitu kuat. 


Sebagai “tuah”, maka dikenal cara memandang tentang asal-usul keturunan, perilaku dan berbagai pandangannya didalam menyelesaikan persoalan. 


Dalam ilmu biologi dikenal sebagai “factor genetic”. Dengan tuah dan factor genetic maka berbagai pepatah sering menyebutkan “buah tidak jauh dari batangnya”. 


Semula saya tidak mempercayai cara pandang demikian. Termasuk cara pandang yang dapat dilihat dari ilmu antropologi. Alam cosmopolitan. 


Faktor keluarga, lingkungan juga mempengaruhi cara pandang kepemimpinan. Gaya kepemimpinan Jokowi yang besar dalam tradisi Jawa menenpatkan cara melihat kepemimpinan sering diungkapkan. 


Baik ketika diwawancara media massa maupun dalam berbagai literatur jawa. 


Begitu juga gaya kepemimpinan Ahok yang dibesarkan dengan tradisi Tiongkok juga melahirkan cara pandang kepemimpin dan gaya kepemimpinan. 


Teman-teman pengusaha yang berlatarbelakang Tiongkok justru menempatkan “Kepercayaan (trusth)” sebagai pondasi penting membangun relasi. 


Berbagai klien yang kukenal justru “menempatkan kepercayaan” sebagai mahkota relasi. 


Sudah sering saya bertemu kembali dengan klien lama yang justru membawa anak temannya ataupun keponakan untuk dibantu urusan kasus hukumnya. 


Begitu juga Melayu Jambi. Cara melihat kepemimpinan yang kemudian dikenal “tuah” adalah percakapan sehari-hari. Mendominasi pembicaraan didalam memilih. 


Saya mempunyai seorang teman yang kemudian menjadi Kepala Desa. Padahal umurnya “masih seumur jagung”. Dan malah lama sekolah diluar desa. 


Namun baru saja kemudian ikut Pilkades, dia mampu menumbangkan incumbent yang relative sehari-hari tinggal di Desa. 


Istilah “tuah” ataupun “bibit” kemudian dikenal dengan dialek yang mudah dimengerti. 


“Buah tangan”. Yang dapat diartikan dia berasal dari “bibit” orang besar. Sehingga “buah jatuh tidak jauh dari batangnya” mudah diartikan sebagai “Bibit” atau “tuah”. 


Lalu bagaimana dengan orang yang hidupnya sederhana, kadangkala terancam tidak tamat sekolah kemudian bisa menjadi orang sukses. Persis dalam sinetron. Ataupun kisah sukses seperti tokoh-tokoh dunia. 


Dalam pandangan masyarakat Melayu Jambi, dikenal sebagai “pekerjaan tangan”. 


“Dengan dua tangan dia meraih sukses”, kata orang tua di kampung memberikan perumpamaan. 


Atau dengan kerja keras, tekun bertahun-tahun yang membuat kemudian dia sukses. 


Lalu apakah kesemuanya dapat diraih dengan mudah. 


“Tidak”. Meminjam istilah Habibie “bakat hanya 10 %. 90% adalah kerja keras”. 


Buah tangan”, tuah”, bibit” hanya sekedar “peletup”. Pemantik untuk meraih sukses. 


Namun selain kerja keras, ada “garis tangan” diberikan Tuhan. 


Berbagai istilah “apabila Tuhan mengizinkan, maka apapun tidak mungkin didunia ini”. Ataupun sering juga disebut “sudah garis tangannya”. 


Namun terhadap “garis tangan” adalah sebuah “hak preogratif” Tuhan. Ranah yang tidak mungkin diintervensi manusia. Wilayah misteri yang tidak seorangpun mengetahui tentang rahasia. 


Tinggal kita lihat kepemimpinan. Bagaimana orang yang “biasa-biasa saja”, tidak anak kaya, tidak keturunan orang besar namun kemudian bisa meraih mimpinya. 


Namun yang sering dilupakan oleh sebagian kalangan. Ditengah masyarakat Melayu Jambi dikenal “doa”. Yang menyerahkan segala sesuatunya kepada sang pencipta. 


“Apabila baik untuk orang banyak, maka bukalah segala rintangan. Apabila ini akan mengakibatkan kezoliman, maka halangilah aku”


Dan dengan kekuasaannya maka terbuka semua pintu. Pintu yang tidak pernah sama sekali terpikirkan oleh sang pendoanya sekalipun. 


Dan itulah ranah misteri yang oleh sebagian kalangan tidak menerimanya. 


Dan rahasia itu tidak pernah dihalangi oleh kehendak manusia. Karena dia sesungguhnya Maha Agung.