Di Padepokan Kerajaan Astinapura, terdengar suara sesama para pendekar Astinapura.
“Tuanku, para pendekar padepokan. Hamba belum mengerti apa siasat dari para adipati yang hendak bertarung di alun-alun Istana Astinapura”, tanya sang pendekar muda. Wajah keras tanda ilmu tapa bratanya. Sementara ototnya kekar. Hasil olahan ilmu kanuragan. Kekuatan dan kesaktiannya Sudah terdengar di Istana Astinapura.
“Sabar, adinda para pendekar Padepokan Astinapura. Yang perlu kita cemaskan adalah Adipati yang culas. Yang rela mengeluarkan kepingan emas untuk memenangkan pertandingan di alun-alun astinapura”, kata sang pendekar yang dituakan. Wajahnya teduh. Hasil tapa brata yang terus dilakoninya.
“Percayalah. Adipati yang memenangkan pertarungan di alun-alun Istana Astinapura adalah adipati yang mempunyai ilmu kanuragan yang mumpuni. Mampu menghadapi siasat dari strategi dan siasat licik daripada adipati yang lain.
“Lagipula para dewata telah merestuinya. Para biksu Istana Astinapura telah lama memberikan restu kepada adipati”, katanya tegas. Suaranya tidak terdengar keraguan sedikitpun.
“Siap, tuanku Pemimpin padepokan. Bagaimanapun kerajaan Astinapura harus dapat dipimpin orang yang mempunyai ilmu kanuragan, ilmu welas asih. Sekaligus mampu memayungi kerajaan Astinapura”, kata sang pendekar muda. Wajahnya kemudain tertunduk ke Lantai. Tanda sembah takzim.
Suara sunyi kemudian terasa di padepokan. Semuanya kembali menjalani tapa brata.