Istilah Plali dikenal ditengah masyarakat Melayu Jambi. Plali ditandai dengan seloko seperti “pusako mencil. Umo betalang jauh” didalam Marga Peratin Tuo disebutkan “Ingkar pulang ke bathin, kereh pulang ke rajo”.
Istilah “buangan dalam negeri”, “ingkar pulang ke batin. Kereh pulang ke rajo’ menggambarkan bagaimana “tidak taatnya” untuk mematuhi sanksi adat.
Plali juga sering disebutkan didalam “buangan dalam negeri”. Sehingga seloko seperti “ingkar pulang ke batin. Kereh pulang ke rajo’ atau “pusako mencil. Umo betalang jauh” atau “bejalan melintang tapak, panjang tanduk naik menggileh, mentang-mentang tanduk panjang nak menjadi orang celako dalam negeri” menggambarkan bagaimana “tidak taatnya” untuk mematuhi sanksi adat.
Istilah “buangan dalam negeri”, “ingkar pulang ke batin. Kereh pulang ke rajo’ menggambarkan bagaimana “tidak taatnya” untuk mematuhi sanksi adat.
Sehingga hukum “plali” sering disebutkan didalam seloko “tinggi tidak dikadah. Rendah tidak dikutung. Ditengah dimakan kumbang”.
Atau sering juga disebutkan dengan “be ayam kuau, bekambing kijang, bekalambu rosam, bekasua gambi’. Sehingga tidak salah kemudian disebutkan sebagai “buangan dalam negeri”.