Syahdan. Terdengar seruan berdengung di Kerajaan Astinapura.
Terdengar suara bergegas kaki Sang Telik Sandi. Bergegas ke Balairung Istana Astinapura.
“Tuanku, para adipati. Suara bergemuruh di kerumuman pasar. Konon kabar angin lalu. Para punggawa kerajaan hendak memberikan kepingan emas kepada Raja Kerajaan Astinapura. Apakah benar, tuanku “, kata sang telik sandi.
“Siapa yang memberikan kabar angin ?”, kata sang adipati.
“Demikian kabar yang hamba dengar, tuanku”, kata sang telik sandi.
“Tidak benar. Sesungguhnya Raja Astinapura Sudah bersumpah atas nama Dewata Agung. Agar taat kepada Kerajaan Astinapura. Demikian sikap dari Raja Astinapura”, titah Sang Adipati.
“Hamba percaya, tuanku. Semoga kabar angin tidak benar adanya”, kata sang telik sandi.
“Pabila tuanku berkenan. Hamba hendak pamit”, kata sang telik sandi. Segera beringsut keluar dari Balairung Istana.
“Kabarkan kepada Seluruh negeri Astinapura. Raja tidak mungkin menerima kepingan emas dari para punggawa”, titah Sang Adipati.
“Baiklah tuanku. Hamba segera pamit”, seru sang telik sandi.