Syahdan. Terlihat kegundahan di padepokan. Para pendekar mengelilingi Pemimpin padepokan di balairung Padepokan
“Tuanku, Pemimpin padepokan. Tidak lama lagi Raja Astinapura akan dinobatkan. Apakah para pendekar yang Sedang melakuni tapa dapat mengirimkan ke Istana, tuanku ?”, tanya sang para pendekar.
“Wahai para pendekar. Dengarkan seruanku. Para pendekar yang Sedang melakuni tapa di padepokan belum beruji untuk menghadapi dedemit. Bersabarlah. Kelak ketika waktu akan tiba, para pendekar yang menyelesaikan tapa brata akan diturunkan ke negeri Astinapura. Lanjutkan saja tapa bratamu.
Lagipula hamba belum menerima isyarat dari Dewata Agung. Apakah laku brata yang Sedang dilakoni para pendekar telah memenuhi persyaratan untuk menaklukkkan dedemit yang menyerang negeri Astinapura”, Titah sang Pemimpin padepokan. Wajahnya menunjukkan kegelisahan.
“Baiklah, Pemimpin padepokan. Kami para pendekar akan melanjutkan tapa brata”, kata sang pendekar muda. Sembari membungkukkan dadanya. Menghaturkan sembah.
“Hamba segera melanjutkan tapa brata. Sebagaimana titah tuanku”, lanjutnya. Segera bergegas meninggalkan balairung padepokan.