Syahdan. Ketika adipati yang baru terpilih menjadi pemenang di alun-alun istana, kemudian memasuki balairung paseban di kampung didala negeri Astinapura, begitu adipati begitu terkejut..
brangkas kampung terbuka lebar.. kepingan emas yang tersimpan rapi ilang tidak tentu kabar..
Dipanggillah para dubalang, hulubalang, rio, depati, menti yang setia agar menghadap ke hadapan adipati..
“Daulat, tuanku adipati.. kami sembah dan salam hormat.. sebagai tanda bakti kepada adipati”, kata para yang hadir diruangan paseban.
“Baiklah.. sembah dan tanda bakti kuterima.. sebelum jubah kuberikan kepada kalian semuanya, aku hanya satu bertanya”, kata Adipati..
“Baiklah, yang mulia adipati.. ada apa yang menggundah hatimu”, kata dubalang pasebanan.
“Siapa yang mengambil kepingan emas dari pasebanan.. kepingan emas harus tetao dijaga di pasebanan.. agar kampung negeri kerajaan astinapura tetap berdiri”, kata sang adipati..
“Tuanku adipati.. mohon ampun.. kepingan emas diambil permaisuri adipati sebelumnya.. kepingan emas digunakan untuk mengikuti sayembara beberapa purnama yang lalu”, jawab dubalang.
“Apa ?!!. Kepingan emas diambil adipati sebelumnya.. ???! Mengapa kepingan emas bisa keluar dari pasebanan ?, hardik adipati heran..
“Demikianlah kejadiannya, tuanku”, sambut sang adipati..
Termenung sang adipati.. heran sekaligus tidak percaya.. mengapa kepingan emas dapat keluar dari pasebanan..