Tiba-tiba terdengar kegaduhan di Istana Astinapura. Suara memekakkan, teriakan bahkan histeris semakin menambah kepanikan di Istana Astinapura.
“Tuanku, para punggawa Istana. Siapakah gerangan yang telah memasuki peraduan kamar Istana Raja Astinapura.
Siapakah yang berani mengambil kepingan emas dari brangkas kerajaan”, tanya sang adipati serasa memaki.
Suaranya menggelegar. Terlihat aura kemarahan. Mukanya tertampar.
Istana Astinapura telah dimasuki para pencuri kepingan emas.
Semuanya terdiam mendengar murka sang adipati. Tidak ada satupun yang berani menampakkan mukanya.
Semuanya tertunduk lesu. Tidak bergairah.
Terbayang murka adipati setelah mengetahui kepingan emas yang dicuri dari brangkas Istana.
“Tuanku, adipati. Hamba akan perintahkan Seluruh punggawa Istana untuk mencari pencuri kepingan emas yang dicuri dari brangkas Istana astinapura”, teriak sang punggawa.
Wajahnya juga menunjukkan kemarahan.
“Hamba segera bergegas, tuanku adipati. Semoga sebelum purnama akan datang, para pencuri yang telah lancang mencuri kepingan emas dari brangkas kerajaan Astinapura.
Hamba pamit, tuanku”, kata sang punggawa. Segera keluar dari kerajaan Astinapura.