Syahdan. Terdengar kabar angin yang menimpa punggawa kerajaan. Seorang punggawa kerajaan kemudian dikabarkan angin. Bersembunyi di kamar Istana Astinapura. Bersama dengan gundik.
Bak Kabar angin yang berembus. Segera menghebohkan negeri Astinapura.
Terdengar suara sang telik sandi. Mengabarkan kabar angin yang berembus kepada Raja Astinapura.
“Ada apa, sang telik sandi. Mengapa buru-buru engkau ke Istana Astinapura. Kabar yang hendak engkau kabarkan ?”, tanya sang Raja Astinapura heran.
“Ampun daulat, tuanku.. kabar yang hendak hamba bawa adalah kabar yang beredar ditengah masyarakat. Terdengar kehebohan di kerumunan pasar”, jawab sang telik sandi. Sembari menakuk tangannya didepan dada. Tanda sembah kepada Raja Astinapura.
“Adanya pelanggaran Mandi pancuran gading. Seorang punggawa kerajaan melakukan kesalahan yang tidak patut, tuanku”, jawab sang telik sandi.
“Mengapa punggawa melakukan perbuatan yang tidak patut. Punggawa kerajaan yang menggunakan jubah kerajaan tidak patut”, murka sang Raja.
“Segera hadapkan di Istana Astinapura”, lagi-lagi murka Sang Raja.
“Daulat, tuanku. Titah tuanku hamba laksanakan”, sembah sang Telik Sandi. Bergegas meninggalkan balairung Istana.