Alangkah kagetnya saya ketika Al Haris memulai perjalanan panjang dengan mengurusi pandemik dengan mendatangi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher dan kemudian dilanjutkan ke Rumah Sakit Pertamina di Bajubang.
Cerita Rumah Sakit Pertamina memang terdengar “sayup-sayup sampai”. Cerita lama yang begitu melegenda.
Sebagai pusat pengolahan pengeboran Minyak, tidak dapat dipungkiri fasilitas standar nasional terdapat di Rumah Sakit Pertamina.
Dengan sumbangsih besarnya kepada Pemerintah, Pertamina menyiapkan pelayanan Kesehatan yang terbaik.
Cerita itu kudengar teman-teman yang orang tuanya bekerja di Pertamina. Terutama tinggal di Bajubang dan Asam Merah.
Mereka disekolahkan (beasiswa) dari Pertamina. Dengan bekal Uang saku yang bagiku cukup mewah untuk ukuran kami mahasiswa.
Mereka juga disediakan liburan akhir tahun.
Cerita itu kemudian mengalir. Sehingga fasilitas kesehatan yang disediakan Pertamina dikenal sebagai nomor wahid.
Namun cerita itu kemudian tenggelam. Hilang. Bahkan praktis terlupakan dalam ingatanku.
Namun ketika tiba-tiba ketika Al haris mendatangi Rumah Sakit Pertamina, seketika terbayang fasilitas mewah untuk menampung pasien sakit.
Terlepas dari Gedung yang sama lama tidak digunakan, yang Menurut Camat Bajubang tidak digunakan lagi sejak 2009, namun dengan difungsikannya kembali maka dipastikan, hanya hitungan waktu, Rumah Sakit Pertamina dapat menampung pasien corona.
Menggunakan kembali fungsi Rumah Sakit Pertamina sekaligus memutus rantai “menumpuknya” pasien yang akan berobat ke Jambi.
Bajubang dapat memotong jalur pelayanan dari Jambi Barat. Sehingga perlu lagi ke Jambi yang menyebabkan menumpuk di Jambi.
Belum lagi ditambah pembelian mobil PCR untuk mempermudah test bagi masyarakat. Sehingga tracking terhadap pasien dapat menjangkau lebih luas.
Gerak cepat Al Haris yang langsung “mementer” Rumah Sakit Pertamina adalah langkah jitu ditengah menghadapi corona.
Betul. Didalam visi-misinya dalam program penanggulangan pandemi covid-19, Al Haris-Sani berkonsentrasi akan adanya Pembangunan Rumah Sakit Darurat Covid -19.
Ketika didalam pembahasan visi-misinya, saya belum terpikir ditingkat implementasinya.
Namun ketika Al Haris berkonsentrasi menggunakan Rumah Sakit Umum Raden Mattaher dan kemudian menghidupkan lagi Rumah Sakit Pertamina maka dipastikan program-program prioritas pertama justru terlampau.
Atau dengan kata lain, dalam hitungan tahun pertama, maka Al Haris-Sani Sudah menunaikan janjinya.
Sehingga memasuki tahun kedua, dipastikan Al haris-Sani dapat berkonsentrasi pemulihan ekonomi.
Namun yang selalu menarik langkah yang dilakukan Al Haris, dia selalu memikirkan dua tiga langkah kedepan.
Disaat orang menyaksikan penobatan sekaligus menikmati riuh suasana paska pelantikan, justru Al Haris Sudah jauh melangkah kedepan.
Gerak cepat dan berkonsentrasi menghadapi corona justru menempatkan Al Haris adalah Pemimpin yang mempunyai visi kedepan.
Pengalaman dan interaksi saya dengan Al Haris membuktikan. Disaat orang berkonsentrasi dengan satu peristiwa, justru Al Haris sudah berkalkulasi beberapa langkah kedepan.
Jauh. Bahkan belum terpikirkan sama sekali.
Sekali lagi, Al Haris adalah Pemimpin Lapangan. Yang menguasai medan Lapangan sembari mengatur strategi untuk mempercepat yang menjadi target sasaran.
Sudah, ah. Enakkan diskusinya sambil ngopi.
Lebih seru ceritanya.