Desa
Sungai Rambut adalah Desa yang termasuk kedalam Kecamatan Berbak Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, Jambi. Terletak diseberang sungai Berbak Kecamatan Rantau
Rasau. Desa yang telah berdiri sejak tahun 1932.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
29 Desember 2018
25 Desember 2018
opini musri nauli : Pahlawan
Akhir-akhir
ini, kecendrungan kepemimpinan yang bertindak kepahlawanan menjadi ukuran
melihat kepemimpinan. Entah menggunakan atribut kebangsaan, menampilkan
lambang-lambang kebesaran hingga cerita-cerita epos yang mengiringi
perjalanannya.
opini musri nauli : Kontrakan
“Pak
Nauli, yang punya rumah berpesan.. Rumah kontrakan ini sudah mau dijual ?”,
kata Pak RT yang datang sore hari ke kantor.
“Berapa,
pak ?”, kata saya penasaran. Kepo.
“Entahlah.
Katanya sudah ada yang berminat. 3,5 milyar”, kata Pak RT. Ketus dan sambil
tidak percaya.
“Masa
tanah cuma 10 tumbuk, mau dibelikan 3,5 milyar !!, Siapa yang berminat, pak “,
lagi-lagi kepo.
Kamipun
tertawa.
Demikian
dialog singkat kedatangan Pak RT yang datang menjelang habis kontrakan.
Akupun
cuma tersenyum. Tanah cuma 10 tumbuk dihargai sampai 3,5 milyar bagiku
mengada-ada.
Kalo 1 tumbuk sampai 350 juta, wah. Wah. Wah.. Tidak
salah nih. Selain rumah peninggalan lama, yang kupastikan sang pembeli pasti
cuma berminat dengan tanah. Lalu apakah sesuai dengan harga 3,5 milyar atau 350
juta setumbuk.
Terletak
didalam lorong (jalan kecil), kupastikan, paling tinggi kisaran tanah cuma Rp
50 juta setumbuk. Itupun pasti negosiasi masih bisa kurang.
Di
Jambi, pembelian tanah masih mengenal cara penghitungan “Tumbuk”. Tumbuk adalah
istilah “tombak”. Satu tombak adalah daya kemampuan orang untuk melemparnya.
Ukuranya kemudian diperkirakan 10 meter. Jadi satu tumbuk berarti 10 m x 10 m.
Dan lazim masih menggunakan penghitungan.
Akupun
tertarik dengan harga tanah dipasaran dipinggir jalan raya. Setahuku, paling
tinggi hanya mencapai Rp 200 juta/tumbuk. Itu dipinggir jalan. Lha, kalo masuk,
so pasti lebih murah. Dan tidak mungkin mencapai Rp 350 juta/tumbuk.
Pernah
satu kali, omku yang merupakan kontraktor pernah menaksir tanah disini. Dengan
enteng dia menjawab “Kalau dia mau jual
Rp 300 juta. Ambillah”. Waduh, malah lebih murah. Berarti kisaran tanah
cuma Rp 30 juta/tumbuk.
Akupun
berfikir. Apakah ini cara “pemilik rumah” hendak mengusirku. Ah. Akupun
membuang pikiran jauh-jauh. Mungkin dia kebelet dengan luas tanah. Maklum anak
pemilik rumah semuanya tinggal di Jakarta.
Kamipun
bergegas mencari informasi kontrakan rumah. Dan setelah mendapatkan rumah yang
lebih menjanjikan, kamipun pindah.
Lha,
apakah ketika kontrakan rumah habis, kemudian seluruh barang-barang kemudian
menjadi pemilik rumah.
Enak
aja. Ya, Kami angkutlah. Seluruhnya. Seluruh barang milik kami tentu saja kami
angkut. Belum lagi seluruh dokumen, poster-poster, peta, lukisan, buku-buku,
selebaran, spanduk sisa aksi, alat-alat di kamar mandi seperti sikat lantai,
tempat sabun, rak piring, meja tempat aqua, seluruh kursi-kursi, meja, kabel
colokan.
Termasuk
botol-botol aqua yang digunakan untuk menanam sayur-sayuran, polybag, koran
bekas,
Yang
tinggal cuma satu bola lampu untuk diluar rumah dan satu bola lampu untuk
didalam rumah.
Memerlukan
3 x angkutan mobil back pick up untuk mengangkutnya.
Akupun
tidak mengerti dengan pikiran orang yang gampang mengatakan “kalo kontrakan
habis, maka barang kemudian menjadi pemilik rumah”.
Sambil
menonton youtube, aku cuma tersenyum. Menikmati kantor baru yang kebetulan
pemilik rumahnya bersebelahan.
Ramah
dan tidak lupa berpesan. “Nanti kalo ada teman-teman yang mau rambutan, ambil
saja”.
Alhamdulilah.
Rejeki anak sholeh..
18 Desember 2018
Konflik Lahan 17 tahun Tuntas Melalui Forum KKSR
Jambi, Gatra.com – Anggota Kelompok Tani (Koptan) Agro Jaya III kini mulai bernapas lega. Konflik lahan mereka selama 17 tahun dengan PT Wira Karya Sakti akhirnya pada Senin (17/12) selesai lewat perundingan.
opini musri nauli : KRITIS
“Yah,
ayah ikutkan demo Soeharto dulu ?“, tanya putra keduaku.. Mahasiswa akhir yang
mulai kritis. Entah mendapatkan cerita dari sang ibu. Atau punya memori waktu
kecil.
17 Desember 2018
opini musri nauli : DUKA HATI JALANAN RUSAK
Mendapatkan
kabar jembatan putus Jalur Padang – Padang Panjang – Bukittinggi di Kayutanam
membuat hati menjadi duka. Jalur penting dan urat nadi ekonomi di Sumatera
Barat.
14 Desember 2018
opini musri nauli : BAHAGIA
“Bang,
berapa orang anak ?”. Setiap pertanyaan yang kadangkala membuat jengah.
Ya.
Urusan pribadi atau urusan keluarga selalu memulai pembicaraan. Biasanya di
kampong-kampung.
13 Desember 2018
Aroma Kongkalikong Menyengat di BWSS IV - Pengamat Hukum : Apa tidak takut KPK
SERUJAMBI.COM, Jambi – Balai Wilayah Sungai Sumatera
VI (BWSS VI) akhir-akhir ini “gaduh”. Kegaduhan mulai muncul sejak Oktober 2018
lalu. Ketika itu, beberapa sumber menyebut bahwa oknum-oknum di BWSS VI mulai
bagi-bagi paket kegiatan APBN 2019. Aroma kongkalikong sangat menyengat.
08 Desember 2018
opini musri nauli : Kisah Evalia
2
Minggu setelah saya terpilih menjadi Direktur Walhi Jambi, September 2012, saya
kemudian membelikan mobil Nissan Evalia (Evalia). Mobil baru pertama. Ya.
Sebelumnya cuma mampu membeli mobil bekas. Itupun kredit. Kredit hingga 4
tahun.
Sempat
dengar bisik-bisik tetangga. “Waduh. Baru jadi Direktur Walhi, sudah beli mobil”.
Akupun tertawa. Senang sekali mendengar gossip dan bisik-bisik tetangga.
Hampir
2 bulan saya terlibat “merapikan SOP” Walhi Jambi. Salah satu tugas mendesak “merapikan”
keuangna dan adm. Menguatkan struktur Manager Program dan Manager Keuangan.
Sehingga memastikan, seorang Direktur tidak dibenarkan “mengelola uang”. Tidak
memegang uang. Sehingga intrik ataupun gossip tentang penyimpangan anggaran
dapat diminimalisir.
Praktis
selama 2 bulan, keuangan Walhi Jambi masih “nyangkut” di Bank. Belum boleh
digunakan. “Pikiran saya cuma satu”. Saya tidak mau dituduh “segala sesuatu”
yang saya dapatkan, justru dari Walhi Jambi. Itu yang saya hindarkan.
Makanya,
ketika 2 minggu menjadi Direktur Walhi, mobil yang dibelikan benar-benar hasil
keringat dari saya sebagai Advokat. Perjalanan panjang sebelum menjadi Direktur
Walhi Jambi.
2
bulan menjelang PDLH Walhi Jambi, saya mendapatkan “rejeki’. Perkara yang
memuaskan klien ternyata mampu memberikan rejeki berlebih. Rejeki yang dapat
digunakan untuk menambah modal kredit mobil.
Prosesnya
cukup panjang. Selain memeriksa segala administrasi, proses selanjutnya adalah “memastikan”
kemampuan membayar sehingga tidak bermasalah dikemudian hari.
Pada
saat PDLH Walhi Jambi, saat menjelang penyampaian visi-misi calon Direktur,
saya kemudian ditelephone pihak Dealer. Proses pengajuan kredit mobil
disetujui. Dan saya segera ke dealer untuk mengambil mobilnya.
Pikiran
berkecamuk. Serasa pengen terbang ke dealer. Membeli mobil impian. Kata orang
Jambi “baru buka plastic”. Namun PDLH sedang berlangsung. Dan saya harus
mengikuti seluruh tahap-tahap yang telah ditentukan panitia.
Keesokan
harinya barulah saya memenuhi impian saya. Menikmati impian yang sudah lama.
Pilihan
menggunakan Evalia cuma satu. Mampu untuk mengangkut keluarga besar. Termasuk
arus mudik atau menemui putri saya yang sedang kuliah di Palembang. Dan itu
saya lakukan selama 4 tahun mengunjungi putri saya.
Termasuk
juga menemani perjalanan sidang diluar kota.
Jangan
tanya entah berapa KM jarak yang sudah ditempuh. Jangan tanya kisah kisah-kisah
perjalanannya. Di Sumatera, cuma Aceh yang belum dijalani.
“Bang, kayak naik alphard’, komentar teman-teman yang pernah merasakannya.
“Iya, Alphard KW”, kataku sembari tersenyum.
Ah.
Biarlah KW. Yang penting tidak disita. Seperti Alphard yang kemudian disita.
Itu
tuh. Yang didalam berita TV.
Akupun
teringat perkataan istriku. “Jangan
begaya. Yang penting hasil keringat dewek”.
Akupun
kemudian meneguk kopi. Entah mengapa kopi terasa nikmat sekali.
Rumah
Perlawanan, 8 Desember 2018
Langganan:
Postingan (Atom)