Suara gemuruh terdengar di balairung Istana Astinapura. Para Adipati, Dubalang, Kerani, Menti, Mangku dan punggawa kerajaan begitu gelisah dengan ikrar Adipati di Negeri Astinapura.
“Tuanku, daulat yang agung Raja Astinapura. Apakah Adipati yang mengumumkan Titah Raja Astinapura tentang kedaulatan kerajaan Astinapura ditandai dengan ikrar negeri Adipati akan mengganggu kerajaan Astinapura, tuanku ?”, tanya sang dubalang kepada Raja Astinapura.
“Benar, sang dubalang. Titah Kerajaan Astinapura sudah diganggu oleh Adipati. Mengapa adipati begitu lancang mengganggu kedaultan kerajaan Astinapura.
Apakah titahku tidak begitu didengar adipati ?”, tanya sang Raja. Wajahnya menunjukkan kemarahan. Murka begitu kelihatan.
Terbayang “lancang” Adipati yang mengirimkan pesan ke Istana Astinapura.
“Segera para dubalang. Temui Adipati. Agar jangan sesekali mengganggu Kerajaan Astinapura.
Titahku sudah jelas. Laksanakan !!!”, titah Sang Raja Astinapura.
“Baiklah, tuanku Raja Astinapura. Hamba akan segera menemui Adipati. Agar jangan sumbang salah kepada Kerajaan Astinapura”, sembah sang dubalang.
Bergegas meninggalkan balairung Istana. Sembari merapikan jubah kebesaran Kerajaan.
Membawa umbul-umbul kerajaan. Sembari meminta bakti dari Adipati.