Berbeda dengan berbagai tempat, di Uluan Jambi, membicarakan puyang tidak dapat dilepaskan dari cara pandang manusia masyarakat Melayu Jambi menempatkan diri sebagai makhluk alam. Makhluk yang tunduk dengan alam Semesta.
Cara menempatkan diri dari alam Semesta, dari pemerintah, dari Pemimpin bahkan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditandai dengan berbagai seloko.
Seloko seperti “Alam sekato rajo, negeri sekato batin”, adalah cara menempatkan diri masyarakat Melayu Jambi dalam relasi dengan alam dan Pemimpin.
Sehingga menempatkan diri Manusia sebagai “mikrokosmos” dari sekrup alam Semesta dan Tuhan (makrokosmos). Dengan menempatkan diri Manusia masyarakat Melayu sebagai mikrokosmos adalah penempatan diri sebagai makhluk dari sang pencipta.
Cara berfikir Manusia sebagai “mikrokosmos” dan bagian dari alam adalah perwujudan Manusia dan sang pencipta dalam berbagai relasi sehari-hari.
Cara Pandang ini juga didasarkan dari proses panjang dari budaya mistis yang dikenal didalam literatur antropologi.
Seloko seperti “Teluk sakti, Rantau betuah, Gunung bedewo justru adalah proses adanya kekuatan diluar Manusia. Sekaligus adanya kekuatan gaib yang menggerakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca : Puyang (4)