24 Juni 2025

opini musri nauli : Durian

 


Durian atau sering disebutkan didalam dialek “duren” memiliki makna penting dalam masyarakat Melayu Jambi, seringkali disebutkan dalam seloko atau peribahasa sebagai simbol kemakmuran dan keseimbangan ekosistem.


Makna durian dapat dilihat sebagai Simbol Kemakmuran dan Ekosistem.  Durian dianggap sebagai makanan mewah dan menjadi simbol alam semesta yang merestui kelahiran dan kepemimpinan suatu daerah. Keberadaan durian yang melimpah diibaratkan dengan ungkapan "Padi menjadi. Rumput hijau. Aeknyo tenang. Ke aek cemeti keno. Ke darat durian gugur", yang memiliki filosofi serupa dengan ungkapan Jawa "Gemah ripah, loh Jinawi. Tata tentram. Kerto Rajarjo". Musim durian menandakan ekosistem yang berjalan baik, sempurna, dan lengkap, serta menjadi tanda peradaban dan penghormatan manusia kepada alam sekitarnya.

Durian sering dilekatkan "Buah Pangkal”. Makna ini dapat disimbolkan sebagai bentuk Penghormatan Alam.  Istilah "Buah pangkal" merujuk pada durian pertama yang jatuh di awal musim, yang dianggap sebagai "jatah" atau hak Raja Hutan. Buah ini tidak boleh diambil oleh manusia, sebagai tanda penghormatan bahwa manusia adalah bagian kecil dari ekosistem yang saling berkaitan. Durian yang telah dimakan oleh Raja Hutan akan tersusun rapi buahnya sebagai bentuk pengakuan.


Durian juga simbol  Larangan Memanjat dan Menebang. Lihatlah didalam  Seloko "Durian Dak boleh ditutu" berarti batang durian tidak boleh dipanjat, dan durian yang baik untuk dimakan adalah yang jatuh dari pohonnya sendiri. 

Pohon durian juga tidak boleh ditebang, sebagai bentuk penghormatan terhadap "keramat" pohon durian, terutama jika ditanam oleh "puyang" (nenek moyang) karena hasilnya diperuntukkan bagi anak cucu. Menebangnya dianggap “durhaka".


Simbol durian juga sering dilekatkan dengan Sialang. Pohon durian disejajarkan dengan "pohon sialang", yaitu pohon yang dihinggapi lebah penghasil madu. "Sialang pendulangan" berarti daerah sekitar pohon sialang juga tidak boleh ditebang, karena mendukung kehidupan lebah. Hal ini menunjukkan simbol penghormatan manusia kepada alam yang tidak pernah berbohong dan merestui dengan menghasilkan durian dan madu.


Sehingga durian juga disebutkan sebagai Pantang Larang Tumbuhan. Buah Durian termasuk dalam daftar tanaman yang tidak boleh ditebang di beberapa daerah. Di Desa Sungai Keradak, Di Marga Jujuhan, ada larangan "memanjat langsat larangan" yang juga berlaku untuk durian. Atau buahnya boleh "dijuluk" (diambil dengan kayu panjang) tetapi pohonnya tidak boleh dipanjat. Di Marga Sumay, Muara Sekalo, dan Suo-suo, pohon durian juga termasuk yang dilarang ditebang. Pelanggaran terhadap larangan ini dapat dikenai sanksi adat yang berat.