Pinang begitu dikenal didalam berbagai pembicaraan sehari-hari ditengah masyarakat Melayu. Syair "Tanam Pinang rapat-rapat, Agar Puyuh tak dapat lari, Kupinang-pinang tak dapat-dapat, Kurayu-rayu kubawa bernyanyi” menggambarkan “keberanian” seorang pria untuk mendapatkan pujaan hatinya. Syair ini begitu terkenal sehingga sering diungkapkan didalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai seloko juga diungkapkan didalam prosesi Adat Melayu Jambi. Dalam ungkapan Seloko seperti "Sirih nan sekapur. Rokok nan sebatang. Pinang nan selayang”. Sirih, Rokok dan pinang adalah bagian penting didalam prosesi adat Melayu Jambi.
Ungkapan ini juga menggambarkan tanda persahabatan, penghormatan tuan rumah kepada tamu yang datang sebelum dimulai musyawarah ataupun prosesi adat lainnya.
Simbol ini juga menunjukkan suasana cair sehingga berbagai prosesi adat dapat dimulai dalam suasana keakraban.
Dengan demikian maka Sirih, Rokok dan pinang tidak semata-mata bagian penting dari prosesi adat. Namun sebagai simbol budaya didalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat.
Seloko Pinang juga dilihat didalam seloko "Bak sirih pulang ke gagang. Bak pinang pulang ke tampuk”. Makna seloko dilambangkan "sirih pulang ke gagang" dan "pinang pulang ke tampuk" kembalinya sesuatu ke tempat asalnya .
Biasanya sering diucapkan pihak keluarga lelaki saat prosesi peminangan di rumah pihak perempuan.
Selain itu seloko ini juga melambangkan keseriusan niat dari pihak peminang. Dan mengambil pilihan untuk memenuhi harapan.
Seloko ini juga memberikan isyarat kepada calon mempelai perempuan yang Sudah lama menunggu seorang lelaki yang mau melamar putrinya.