Setelah sebelumnya dilapangan praktek hukum acara Perdata, hukum acara PTUN dan Pengadilan Agama, maka para pihak di Lapangan hukum acara pidana justru berbeda.
Didalam persidangan, maka dikenal Jaksa Penuntut umum dan pihak terdakwa.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
Setelah sebelumnya dilapangan praktek hukum acara Perdata, hukum acara PTUN dan Pengadilan Agama, maka para pihak di Lapangan hukum acara pidana justru berbeda.
Didalam persidangan, maka dikenal Jaksa Penuntut umum dan pihak terdakwa.
Terdengar suara kepakkan sayap. Di ranting atas.
“Wahai, sang kura-kura. Apakah engkau dibawah pohon ?”, tanya sang burung.
“Wahai, burung. Mengapa beberapa hari ini engkau tidak datang ?”, tanya sang kura-kura heran.
Mendengarkan tutur dari Tumenggung Batin Sembilan rombong kandang rebo - Bawah bedaro - Bakal petas bak mendengarkan kitab yang berjalan. Kaya dengan berbagai Sumber informasi, ilmu dan kisah hidupnya.
Kami memanggilnya “mang Rusman”. Sebagai panggilan akrab sehari-hari.
Teringat 3 tahun yang lalu, ketika melakukan berjumpa dengannya. Berbekal berbagai data-data awal baik laporan dari berbagai Organisasi maupun data-data tentang wilayah Batin Sembilan, saya membawa tanda tanya.
Pandemik menyerang..
Negara kalang kabut menghadapinya..
Presiden kekiri kanan memantau pemberian vaksin..
Polri -TNI berjibaku pemberian vaksin..
Eh, sementara sebagian kalangan malah bahas TWK..
Udah, ah.. malas !!! Kamu enggak asyik.. !!!
Berkumpullah para pendekar di balairung padepokan. Mengelilingi pemimpin padepokan.
Setelah menyelesaikan tapa brata yang panjang, sang pemimpin padepokan kemudian bersedia mengirimkan pesan. Dari Wahyu sang dewata agung.
Perbanyak menggunakan telinga daripada mulut.
Perbanyak mendengarkan daripada berbicara.
Terdengar suara pekikkan ditengah kegelapan malam. Sinar dari obor yang menerangi padepokan terlihat sekelabat pasukan menyerang padepokan.
“Siapkan kelewang, tombak dan panah. Padepokan diserbu pendekar siluman”, titah pemimpin padepokan.
“Siap, tuanku Pemimpin padepokan”, teriak para pendekar di padepokan”, jawab sang para pendekar.
Syahdan. Ditengah kerumuman pasar, diwarung tempat mengaso para pengelana, terdengar pembicaraan. Riuh dengan suara sang penutur.
“Kisanak, ada apa gerangan negeri Astinapura ?”, tanya sang pengelana.