Mendapatkan kabar meninggalnya H. Hasip Kalimuddin Syam minggu pagi seketika berbagai kisah bersilewaran di pikiran.
Mungkin hanya sedikit manusia di Jambi yang memiliki prestasi paripurna. Sebagai birokrat, sebagai ulama, tokoh adat dan Pendidik.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
Mendapatkan kabar meninggalnya H. Hasip Kalimuddin Syam minggu pagi seketika berbagai kisah bersilewaran di pikiran.
Mungkin hanya sedikit manusia di Jambi yang memiliki prestasi paripurna. Sebagai birokrat, sebagai ulama, tokoh adat dan Pendidik.
Syahdan. Terdengar kehebohan di padepokan negeri Astinapura. Terdengar suara amarah dari Pemimpin padepokan.
Namun tidak dapat dipungkiri, hukum adat yang masih berlaku ditengah masyarakat juga menjadi pertimbangan MA didalam menilai mengenai harta gono gini (harta bersama).
Menurut Mahkamah Agung didalam putusannya No. 2662 K/Pdt/1984, Pada masyarakat adat Sasak di Lombok Timur telah diakui kedudukan perempuan sebagai ahli waris yang mewarisi harta peninggalan orang tuanya bersama-sama dengan saudara laki-lakinya.
Harga gono gini adalah istilah yang digunakan dalam praktek sehari-hari ditengah masyarakat yang merujuk kepada harta bersama.
Yang dimaksudkan harta bersama adalah harta yang didapatkan selama masa perkawinan.
Terlihat kegundahan hati kurang-kura. Sudah beberapa hari sang burung tiada terdengar kabarnya lagi. Sang burung belum juga bercerita tentang perjalanannya.
“Apakah sang burung lupa dengan cerita setiap pagi ?”, gundah sang kurang-kura.
Ketika kedatangan Presiden Jokowi ke rumah-rumah penduduk, mengantarkan makanan ataupun bantuan untuk menghadapi pandemik covid kemudian memantik polemik, maka tiba-tiba nurani saya terganggu.
Pertama. Disaat seperti ini, terlepas dari berbagai tuduhan Pemerintah gagal menangani pandemik corona, kehadiran Jokowi ditengah-tengah penduduk adalah “rasa tanggung jawab” sebagai Kepala Negara yang memimpin langsung untuk mengatasinya.
Tidak perlu lagi kita bahas angka corona yang terus merangkak naik. Lengkap dengan berbagai analisisnya. Atau tidak perlu lagi kita diskusikan. Mengapa Angka korban corona terus berjatuhan.
Atau tidak perlu juga kita bahas perubahan Hidup dan ritme yang harus menyesuaikan dengan keadaan pandemik.
Namun yang menjadi perhatian saya justru teror corona itu sendiri. Yang justru bukan menyebabkan persoalan mengenai corona menjadi selesai. Namun menimbulkan masalah baru.