Riuh rendah gemuruh ditengah pasar. Maharaja Negeri Alengka dan Raja Negeri Awan mendatangi kerumuman pasar yang disesaki rakyat negeri Awan.
“Lihatlah Maharaja Negeri Alengka. Rela berdesak-desakkan mendatangi kerumunan ditengah pasar’, ujar para Perempuan rakyat negeri Awan.
“HIdup Maharaja” teriak suara ditengah kerumunan pasar.
“Hidup Negeri Alengka”, sambut suara dan diikuti gemuruh suara.
Semua penduduk Negeri Awan penasaran dengan kehadiran Maharaja Negeri Alengka. Maharaja yang datang ke negeri Awan dengan mengendarai Burung Garuda.
“Wajahnya adem. Teduh. Kebapakan”, teriak sang ibu tidak percaya. Maharaja yang menguasai kekuasaannya seluas dua samudra. Kerajaan yang membentang memanjang lautan tidak bertepi.
“Dengan kekuasaan seluas negeri Alengka, alangkah sederhananya hidup Maharaja”, terdengar suara tidak percaya. Entah mimpi apa dia semalam sehingga hari ini bertemu Maharaja Negeri Alengka. Cerita yang cuma didengar dari tuturan para petualang yang pernah ke Negeri Alengka. Cerita angina yang tersebar di kerumunan pasar. Kabar yang berembus dan kemudian menjadi mimpi . Melihat wajah Negeri Alengka.
“Tidak Nampak keagungan dari Maharaja. Maharaja yang direstui para Dewata’, teriak ibu masih tidak percaya.
“Semoga para Dewata tetap menjaga negeri Alengka”, sambut sang ibu sambil tetap mengucek-ngucek matanya tidak percaya. Cerita yang akan dituturkan kepada anaknya yang menunggu dirumah.
Sang Maharaja tersenyum sembari melambai-lambaikan tangannya. Tanda persahabatan kedua negeri yang bersahabat sejak dulu kala.
“Terima kasih. Terima kasih” teriak sang Maharaja dengan tetap tersenyum.
Muhibahnya ke negeri Awan membawa keceriaan. Tanda tulus persahabatan kedua negeri untuk kemakmuran rakyatnya.