Tergopoh-gopoh pengawal istana negeri Alengka memasuki balairung Istana.. Menghadap sang Maharaja..
"Daulat, tuanku Maharaja.. para ahli Nujum Istana hendak menghadap sang Maharaja.. mereka hendak mengabarkan kabar penting, " sembah sang pengawal.. mukanya tertekuk menghadap kebawah.. khawatir murka sang Maharaja.. mengganggu waktu cengkrama pagi hari sang Maharaja..
"Ada apa, sang pengawal.. kabar apa yg hendak disampaikan.. apakah berita genting sehingga engkau terburu2 menghadapi.. " kata sang Maharaja sabar..
"Kabar genting, daulat, tuanku.., kata sang pengawal..
"Panggil ahli Nujum Istana, titah sang Maharaja..
"Daulat, tuanku, kata sang pengawal keluar Balairung istana..
"Daulat, tuanku Maharaja negeri Alengka.. Maharaja yg terkenal se Antero bumi.. kabar genting yg hendak hamba sampaikan sangatlah penting", sembah ahli Nujum..
"Menurut hasil meditasi dan hasil terawang hamba.. beberapa negeri akan diserang dewa api.. kabar genting ini segera hamba kabarkan.. agar para raja bersiap menghadapi serangan dewa api, tuanku*, sembah sang ahli Nujum.. ..
"Negeri apa saja yg hendak diserang dewa api, sang ahli Nujum.. segera sampaikan.. biar titahku kepada para raja", kata sang Maharaja.. suaranya menggelegar.. emosinya memuncak..
Terbayang negeri indah dalam kekuasaannya akan dilumat serangan dewa api..
"Hamba, tuanku.. menjelang purnama, negeri yg akan diserang adlh negeri Lancang Kuning, kerajaan Astinapura, kerajaan Lebar Daun, negeri Melayu Borneo, tuanku.. mohon dikabarkan para Raja, tuanku*, kata sang ahli Nujum sembari mengatur sembah..
"Para Adipati kerajaan.. segera menuju ke negeri dan kerajaan itu.. sampaikan titahku.. siapkan kuda2 terbaik.. siapkan para pendekar menghadang serangan dewa api" titah sang maharaja..
"Daulat, tuanku*, kata para Adipati bergegas keluar Balairung.. sembari menghaturkan sembah..