Dalam
catatan Belanda baik dalam Laporan resmi Residentie Palembang kepada Gubernur
Jenderal Belanda di Batavia, disebutkan penyerbuan Belanda dengan kekuatan
penuh ke Istana Kerajaan Jambi. Istana kemudian berhasil dikuasai dan kemudian
dibakar tanpa jejak. Tahun 1857 kemudian Belanda menyatakan tidak mengakui lagi
Sultan Taha Saifuddin sebagai Raja di Kerajaan Jambi.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
17 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga IX Koto – Negeri Tua Berbakti Kepada Negeri
Marga IX Koto
terletak berbatas dengan Marga VIII Koto, Marga Sumay, Marga Batin II Babeko
dan Marga Batin III Ilir. Pusat Marga IX Koto terletak di Teluk Kuali.
15 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga Tungkal Ulu – Waris Nan Delapan
Didalam
Administrasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dikenal daerah Tungkal Ulu dan
Tungkal Ilir. Tungkal Ulu terletak di Kota Kuala Tungkal dan daerah Tungkal Ulu
terletak di Merlung.
09 Agustus 2016
opini musri nauli : Raja Pangkalan Jambi
Pangkalan
Jambu merupakan salah satu Marga di Kabupaten Merangin. Didalam Peta Belanda
kemudian menyebutkan Pusat Marga terletak di Kampung Tengah. Selain Kampung
Tengah juga disebutkan Dusun Lereng. Namun menurut Datuk Rajo Nan Putih[1],
pusat Marga terletak di Perentak.
Perentak
dikenal sebagai “Tiga Alur” yang terdiri dari Bukit Perentak, Tanjung Alur dan
Bunga Tanjung.
opini musri nauli : Perkawinan yang dilarang
Didalam
berbagai pranata adat, masih dikenal perkawinan yang dilarang. Di adat Batak
selain tidak diperkenankan perkawinan sesama Marga (Mariboto), maka dikenal
juga perkawinan yang dilarang dalam ikrar tertentu (Marpadan). Misalnya
Hutabarat dan Silaban, Manullang dan Panjaitan dan seterusnya. Atau tidak boleh
menikah anak perempuan dari Saudara perempuan dari Ayah (Berpariban).
08 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga Pelawan - Sang Pelawan yang tetap Melawan
Marga Pelawan berpusat di Pelawan. Peta
Belanda tahun 1910 juga menyebutkan Pusat Marga Pelawan di Pelawan. Menurut
tutur masyarakat[1], Pelawan
terletak di Dusun Rantau “tak Tenang’. Namun dalam perkembangannya kemudian
juga disebutkan “Rantau Tenang”.
07 Agustus 2016
opini musri nauli : Datuk Nan Tigo - Tiga Datuk Menguasai Marga
Dalam peta
Belanda tahun 1910 disebutkan “DATOEK NAN III”. Datuk Nan Tigo adalah serumpun
tiga datuk menguasai Marga “DATOEK NAN III”. Marga Datoek Nan Tigo berpusat di
Mengkadai.
05 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga dan Batin di Bungo
Didalam
peta Schetkaart Resindentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga’s),
Tahun 1910 disebutkan “Marga Tanah
Sepenggal, Marga Jujuhan, Marga Pelepat, Batin VII, Bilangan V, Batin VII,
Batin III Ilir, Batin III Ulu, Batin II”.
02 Agustus 2016
opini musri nauli : istilah Marga di Jambi
8 Tahun terakhir ini, istilah
“Marga” dan Batin sering “mengganggu” pikiran saya. Ketidaksengajaan menemukan
istilah “Marga” bermula ketika mendampingi masyarakat yang menolak perusahaan
HTI yang hendak “menghancurkan” kawasan hulu Batanghari.
01 Agustus 2016
opini musri nauli : Menulis
Akhir-akhir
ini, saya sering “kesal” membaca status di FB, twitter, laporan, narasi bahkan
pengajuan skripsi (untung aja tidak tesis).
Kekesalan dimulai dari penggunaan tanda baca, tema yang ditawarkan, hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lain, ide yang berserakan hingga penulisan
yang mengganggu makna.
Yang menulis
tidak hanya masyarakat kebanyakan. Bahkan “oknum” (kok pakai oknum, ya) di
Pemerintahan, ketua partai, “oknum” anggota DPRD (lagi-lagi pakai oknum),
timses, mahasiswa hingga masyarakat kebanyakan.
Langganan:
Postingan (Atom)