Syahdan. Terdengar suara gumaman dibelakang Istana Astinapura. Para Dubalang Kerajaan sedang asyik memperbaiki jubah kebesaran. Sementara para menti bersandar di pasebanan. Pinggir Kerajaan Astinapura.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
Syahdan. Terdengar suara gumaman dibelakang Istana Astinapura. Para Dubalang Kerajaan sedang asyik memperbaiki jubah kebesaran. Sementara para menti bersandar di pasebanan. Pinggir Kerajaan Astinapura.
"Tuk, ngapo pusat Marga Jebus di Suak Kandis dekat nian dengan pusat marga kumpeh Ilir di Tanjung ?", tanya saya penasaran..
"Nah, itu dio, cuma diseberang jembatan, be", kata mantan Lurah Tanjung. Juga heran.
Syahdan. Terlihat keramaian di kediaman Depati Kerajaan Astinapura. Suara kegelisahan terdengar disana-sini. Mereka memikirkan nasib mereka. Jubah kebesaran Kerajaan akan ditinggalkan. Diberikan kepada punggawa kerajaan yang akan menggantikan.
Kukenal sejak 2013.. setia kepada rakyat yg memperjuangkan tanahnya..
Tahun 2017-2018 menjadi Fasilitator Desa BRG..
Hidup ini tergantung pandangan kita sendiri..
Kalo elu pesimis, lihat kesuksesan orang lain pasti langsung baper, uring-uringan, merasa hebat sendiri, merasa berjasa dll..
Bro, suka filsafat, ya”, tanyanya..
“Iya, iya.. kenapa ?”, jawabku heran..
“Kok suka touring ?”, tanyanya lagi.. heran..
Ha.. ha.. ha..
Syahdan. Terdengar suara di balairung Istana Alengka. Raja Muda Astinapura bergegas ke Istana Alengka.
“Daulat, tuanku. Hamba hendak mengabarkan kepada Raja Alengka. Kapan sang Maharaja bersedia menerima hamba”, kata sang raja muda Astinapura. Wajahnya berseri-seri. Setelah menyelesaikan lakon tanding didepan alun-alun Istana Astinapura. Perang babat yang paling melelahkan.
“Bang, ajak kawan-kawan ke rumah pak Fachrori Umar”, kata suara di ujung telephone. Dari ajudan Al haris.
“Siap”, kataku. Sambil ngomel didalam hati. Bagaimana menghubungi kawan-kawan jurnalis di pagi hari. Jam tidur yang sulit diubah. Syukurlah ada yang bisa di telephone.
Terdengar suara canang berbunyi ditengah kerumuman pasar. Menabuhkan gong Kecil sebagai panggilan untuk berkumpul.
“Wahai, para Rakyat Astinapura. Yang lagi digunung. Turun, oi”, kata sang canang..
“teng.. teng.. teng’.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “cacak” diartikan sebagai “vertikal” atau “tegal lurus. Biasa menggambarkan tonggak. Atau besi beton yang dipancangkan di Tanah.
“Mencacak” diartikan membuat tegak lurus. Atau mendirikan tegak lurus. “Mencacakkan” diartikan memancangkan dengan cara tegak lurus diatas Tanah.
Istilah “cacak” dapat ditemukan didalam seloko Jambi. Seperti “hilang celak. Jambu Klekok”. Atau “cacak tanam. Jambu Kleko”.
Istilah “hilang celak. Jambu Klekok” atau “cacak tanam. Jambu Kleko” dapat diartikan sebagai penanda Tanah. Penanda Tanah “hilang celak. Jambu Klekok” atau “cacak tanam. Jambu Kleko” juga sering dipadankan seperti “Lambas”, “mentaro”, “Prenggan”, “Pasak mati” atau “Patok mati” dengan cara menanam pohon sebagai tanda.