Marga
Bukit Bulan, Marga Batin Pengambang dan Marga Peratin Tuo mempunyai keunikan
didalam mengelola hutan dan tanah. Walaupun ketiga marga dikenal sebagai ulu
Batanghari dalam lanskap yang sama, namun keunikan tidak dapat ditinggalkan.
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
30 November 2019
28 November 2019
opini musri nauli : Konflik Sumber Daya Alam di Jambi - Suatu Pengantar
24 November 2019
opini musri nauli : Dusun Tuo - Sepayung Duo Kaki
Membicarakan
Desa Tuo (baca Dusun Tuo) didalam kecamatan Lembah Masurai tidak dapat
dilepaskan dari Marga Peratin Tuo. Marga Peratin Tuo berpusat di Dusun Tuo.
F.D.E. van Ossenbruggen, 'Prof.mr.
Cornelis van Vollenhoven als ontdekker van het adatrecht', in Bijdragen tot
de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-IndiĆ« 90 (1933) I-XLI;, 323 disebut dengan kata “Pratin Tuo”. Istilah
“Peratin Tuo” menunjukan tempat pemberhentian.
Marga
Peratin Tuo terdiri dari Dusun Nilo Dingin, Dusun Tanjung Berugo, Dusun Sungai
Lalang, Dusun Kotorami, Dusun Rancan dan Dusun Tiaro.
23 November 2019
perjalanan ke "Orang Rimba" Marga Air hitam
Melengkapi perjalanan ke "Orang Rimba" Marga Air hitam setelah perjalanan sebelumnya ke Talang mamak simarantihan Marga Sumay bebatin 12, Batin 9 Ilir dan para tumenggung di Muara Kilis TN bukit 30..
Sudah mau *pecah otak" ingin menuangkan segala mantra ttg alam, ttg aturan hidup sekaligus pengetahuan empirik ttg hutan..
Terima kasih, Tuhan.. Atas diberikan "kemewahan" yg telah engkau berikan.. semoga aku dapat menjadi garda pembela nilai2 mereka..
20 November 2019
opini musri nauli : Marga Bukit Bulan
Menyusuri
hulu Sungai-sungai Batanghari adalah sebuah peristiwa penting. Selain
memastikan “masih baiknya hutan” yang ada disana, disatu sisi juga mendapatkan
cerita langsung dari masyarakat.
Masih
teringat ketika awal-awal tahun 2006 menggali cerita tentang Marga Sungai
Tenang, Marga Peratin Tuo dan Marga Senggrahan. Kemudian disusul tahun 2011
menggali Marga Batin Pengambang. Dan akhir tahun 2019 “barulah” mendapatkan
kesempatan menggali Marga Bukit Bulan.
Marga
Bukit Bulan adalah salah satu Marga Tua di Provinsi Jambi. Selain itu dikenal
juga Marga Serampas, Marga Sungai Tenang dan Marga Batin Pengambang.
Disebut
sebagai “bukit bulan” disebabkan, diatas bukit “terlihat cahaya yang terang”.
Cahaya yang terang kemudian disebut sebagai bulan. Disebabkan “cahayanya”
diatas bukit maka kemudian disebut sebagai “bukit bulan’[1].
Istilah
“Batin” dan “penghulu” menjadi tema sentral dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga Batin kemudian disebut sebagai dusun asal adalah “Berkun, Lubuk
Bedorong dan Muara Pangi. Muara Pangi sering juga disebut “dusun Manggis”.
Sedangkan
“Penghulu” disebut Dusun Temalang, Dusun Meribung, Dusun Sungai Beduri, Dusun
Mersip dan Dusun Napal Melintang. Kesemuanya kemudian hanya dikenal sebagai
Dusun Lubuk Bedorong, Dusun Berkun, Dusun Meribung dan Dusun Napal Melintang.
09 November 2019
opini musri nauli : Bang Jef - Sang Inspirator
“Bang,
pertemuan di Singapura nih, kayak Raffles menentukan Singapura dan Bengkulu “?,
kata Jefri Gideon Saragih (Bang Jef) sambil mengepulkan asap rokoknya.
Berputar-putar. Persis “kelakuan” gaya merokok anak SMA. Kamipun tertawa.
Kisah
itu kemudian membuat saya mempunyai keyakinan. Bang Jef adalah “orang yang
kritis” disetiap kesempatan.
05 November 2019
opini musri nauli : Mengenal Jempalo Tangan
Ketika
Tumenggung Orang Adat Batin Sembilan Rombong Kandang Rebo – Bawah Bedaro –
Rimbo Harapan Bakal Petas, Batanghari menyebutkan “Jempalo tangan” seketika saya tersentak. Sebagai sebuah nilai, “jempalo tangan” menarik perhatian
penulis ditengah pengetahuan tentang masyarakat Melayu Jambi.
30 Oktober 2019
opini Musri Nauli : M. Saman - Pejuang Yang Konsisten
Ketika
aku mendapatkan kabar meninggalnya M. Saman (Saman), ingatanku langsung
terbayang ketika memulai demonstrasi dikampus. Menolak “militerisme” di kampus.
Teringat
ketika awal-awal menjelang kejatuhan Orde baru, kami “berkumpul” di kost di
Telanaipura (kost Saman dengan Agus Suyatno) untuk “merancang” demonstrasi di
UNJA Mendalo.
Isu
yang paling hangat adalah menolak “militerisme” dikampus. Tema yang “cukup sensitive”
dimana Orde baru begitu kuat.
Demonstrasipun
terjadi. Hingga akhirnya, kampus menerapkan “tidak dibenarkan” militerisme “cawe-cawe”
untuk “urusan kampus.
28 Oktober 2019
opini musri nauli : Filsafat Alam
Memulai
diskusi Filsafat Alam di Nusantara tidak lepas dari pengaruh alam sekitarnya.
Dengan dogma “Manusia dan peradaban”, Zenzi Suhadi (Kepala Departemen Advokasi
Walhi), maka manusia Nusantara tetap berpihak kepada alam.
Cara
berfikir Plato (yang dikenal sebagai tokoh Filsuf barat, murid terkenal dari
Socrates. Tokoh-tokoh filsafat Barat yang dikenal hingga abad pertengahan),
yang mengenal cara “ide”. Cara “ide” dimulai dari “berfikir dan pengalaman”. Alur
pemikiran inilah yang melahirkan “pengetahuan” filsafat Manusia Nusantara
didalam melihat alam.
26 Oktober 2019
opini musri nauli : Nadiem Makarim - Menteri Milenial
Ketika
Nadiem Makarim memasuki “istana” dan kemudian “disorot” media, hati saya “terpekik”.
Gembira melihat “anak milenial” kemudian memasuki dunia pendidikan. Dunia yang
mengatur hak mendasar kepada rakyat. Namun masih menyisakan problema yang mendasar.
Selain “mutu pendidikan” nasional yang jauh dibawah rata-rata, tingkat
penyerapan tenaga kerja juga kurang mendukung.
Langganan:
Postingan (Atom)