Syahdan. Terdengar kegelisahan para pendekar di padepokan Istana Astinapura.
“Tuanku, Pemimpin padepokan. Berbagai ajian dari kitab-kitab padepokan telah hamba pelajari. Bertahun-tahun hamba mempelajari berbagai jurus dan ajimat dari Ajian padepokan. Mengapa ilmu kanuragan hamba tidak pernah berhasil mengalahkan para pendekar muda, tuanku”, tanya sang pendekar heran.
“Wahai, para pendekar. Ilmu kanuragan diturunkan untuk mempertahankan dirimu dari serangan musuh. Bukan untuk diperagakan di kerumuman pasar”, kata Pemimpin padepokan.
“Laksanakan titahku sembari engkau terus tekun menggali ajian dari kitab-kitab padepokan”, titah Pemimpin padepokan.
“Hamba Sudah melaksanakan segala titah tuanku. Tapi ilmu kanuragan hamba juga tidak menunjukkan kesaktian”, kata sang pendekar.
“Ilmu kanuragan dipersiapkan untuk olah badan. Sembari melakukan tapa brata. Teruslah berlatih. Semoga dua purnama yang akan datang, engkau mumpuni dalam ilmu kanuragan”, titah Pemimpin padepokan.
“Baiklah, tuanku. Hamba akan melaksanakan titah tuanku”, kata sang pendekar segera bergegas meninggalkan pasebanan. Melanjutkan tapa brata. Tapa brata sebagaimana dititahkan Pemimpin padepokan.
Suasana sunyi kembali terasa di padepokan. Semuanya kemudian melanjutkan tapa brata.