Didalam
berbagai pranata adat, masih dikenal perkawinan yang dilarang. Di adat Batak
selain tidak diperkenankan perkawinan sesama Marga (Mariboto), maka dikenal
juga perkawinan yang dilarang dalam ikrar tertentu (Marpadan). Misalnya
Hutabarat dan Silaban, Manullang dan Panjaitan dan seterusnya. Atau tidak boleh
menikah anak perempuan dari Saudara perempuan dari Ayah (Berpariban).
Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
09 Agustus 2016
08 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga Pelawan - Sang Pelawan yang tetap Melawan
Marga Pelawan berpusat di Pelawan. Peta
Belanda tahun 1910 juga menyebutkan Pusat Marga Pelawan di Pelawan. Menurut
tutur masyarakat[1], Pelawan
terletak di Dusun Rantau “tak Tenang’. Namun dalam perkembangannya kemudian
juga disebutkan “Rantau Tenang”.
07 Agustus 2016
opini musri nauli : Datuk Nan Tigo - Tiga Datuk Menguasai Marga
Dalam peta
Belanda tahun 1910 disebutkan “DATOEK NAN III”. Datuk Nan Tigo adalah serumpun
tiga datuk menguasai Marga “DATOEK NAN III”. Marga Datoek Nan Tigo berpusat di
Mengkadai.
05 Agustus 2016
opini musri nauli : Marga dan Batin di Bungo
Didalam
peta Schetkaart Resindentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga’s),
Tahun 1910 disebutkan “Marga Tanah
Sepenggal, Marga Jujuhan, Marga Pelepat, Batin VII, Bilangan V, Batin VII,
Batin III Ilir, Batin III Ulu, Batin II”.
02 Agustus 2016
opini musri nauli : istilah Marga di Jambi
8 Tahun terakhir ini, istilah
“Marga” dan Batin sering “mengganggu” pikiran saya. Ketidaksengajaan menemukan
istilah “Marga” bermula ketika mendampingi masyarakat yang menolak perusahaan
HTI yang hendak “menghancurkan” kawasan hulu Batanghari.
01 Agustus 2016
opini musri nauli : Menulis
Akhir-akhir
ini, saya sering “kesal” membaca status di FB, twitter, laporan, narasi bahkan
pengajuan skripsi (untung aja tidak tesis).
Kekesalan dimulai dari penggunaan tanda baca, tema yang ditawarkan, hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lain, ide yang berserakan hingga penulisan
yang mengganggu makna.
Yang menulis
tidak hanya masyarakat kebanyakan. Bahkan “oknum” (kok pakai oknum, ya) di
Pemerintahan, ketua partai, “oknum” anggota DPRD (lagi-lagi pakai oknum),
timses, mahasiswa hingga masyarakat kebanyakan.
31 Juli 2016
opini musri nauli : Arief Munandar – Putra Terbaik Marga Batin Pengambang
Pejabat Bupati
Sarolangun akhirnya dibebankan kepada Arief Munandar. Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi Jambi. Arief Munandar (AM) adalah putra
berasal dari Muara Talang.
Dalam
leadership, interaksi penulis ketika kebakaran tahun 2015. Sebagai “host” dari
kegiatan pemadaman kebakaran, tanggungjawab yang dibebankan begitu besar.
Dengan luas terbakar mencapai 135 ribu hektar (LAPAN), “kurangnya fasilitas dan
“dukungan” kurang maksimal dari segi pembiayaan, membuat AM haruslah “pontang panting” menghadiri berbagai
rangkaian kegiatan.
28 Juli 2016
opini musri nauli : Pesako Betuah atau Pusako Betuah
Akhir-akhir ini
Kota Jambi didatangi tamu-tamu Agung. Dimulai dari Presiden Jokowi beserta
jajarannya hingga dilaksanakannya Munas Apeksi.
24 Juli 2016
opini musri nauli : Sultan Thaha – Pejuang Tanah Jambi
Ketika
Jokowi meresmikan bandara baru di Jambi dengan menetapkan Nama Sultan Thaha
Airport secara sekilas disambut gegap gempita rakyat Jambi. Kedatangan Jokowi
kemudian disambut “bak Raja” yang memberikan harapan kepada rakyat Jambi.
Namun
menetapkan Sultan Thaha Airport sebelumnya disebut Sultan Thaha Saifuddin
menimbulkan masalah.
19 Juli 2016
opini musri nauli : Turki dan Jambi
Akhir-akhir
ini, dunia politik internasional diarahkan di Turki. Kudeta yang gagal kemudian
memantik diskusi panjang tentang Presiden Recep
Tayyip Erdogan. Namun mari kita tinggalkan cerita tentang “kudeta gagal” di
Turki.
Hubungan Jambi dengan Turki merupakan
hubungan politik, hubungan ekonomi dan hubungan kebudayaan yang panjang. Cerita
local baik di ornament makam Datuk Paduka berhala maupun cerita tentang Anak
Datuk Paduka Berhala yaitu Orang Kayu Hitam masih kuat didalam ingatan kolektif
masyarakat di Jambi daerah hilir.
Langganan:
Postingan (Atom)