2
Minggu setelah saya terpilih menjadi Direktur Walhi Jambi, September 2012, saya
kemudian membelikan mobil Nissan Evalia (Evalia). Mobil baru pertama. Ya.
Sebelumnya cuma mampu membeli mobil bekas. Itupun kredit. Kredit hingga 4
tahun.
Sempat
dengar bisik-bisik tetangga. “Waduh. Baru jadi Direktur Walhi, sudah beli mobil”.
Akupun tertawa. Senang sekali mendengar gossip dan bisik-bisik tetangga.
Hampir
2 bulan saya terlibat “merapikan SOP” Walhi Jambi. Salah satu tugas mendesak “merapikan”
keuangna dan adm. Menguatkan struktur Manager Program dan Manager Keuangan.
Sehingga memastikan, seorang Direktur tidak dibenarkan “mengelola uang”. Tidak
memegang uang. Sehingga intrik ataupun gossip tentang penyimpangan anggaran
dapat diminimalisir.
Praktis
selama 2 bulan, keuangan Walhi Jambi masih “nyangkut” di Bank. Belum boleh
digunakan. “Pikiran saya cuma satu”. Saya tidak mau dituduh “segala sesuatu”
yang saya dapatkan, justru dari Walhi Jambi. Itu yang saya hindarkan.
Makanya,
ketika 2 minggu menjadi Direktur Walhi, mobil yang dibelikan benar-benar hasil
keringat dari saya sebagai Advokat. Perjalanan panjang sebelum menjadi Direktur
Walhi Jambi.
2
bulan menjelang PDLH Walhi Jambi, saya mendapatkan “rejeki’. Perkara yang
memuaskan klien ternyata mampu memberikan rejeki berlebih. Rejeki yang dapat
digunakan untuk menambah modal kredit mobil.
Prosesnya
cukup panjang. Selain memeriksa segala administrasi, proses selanjutnya adalah “memastikan”
kemampuan membayar sehingga tidak bermasalah dikemudian hari.
Pada
saat PDLH Walhi Jambi, saat menjelang penyampaian visi-misi calon Direktur,
saya kemudian ditelephone pihak Dealer. Proses pengajuan kredit mobil
disetujui. Dan saya segera ke dealer untuk mengambil mobilnya.
Pikiran
berkecamuk. Serasa pengen terbang ke dealer. Membeli mobil impian. Kata orang
Jambi “baru buka plastic”. Namun PDLH sedang berlangsung. Dan saya harus
mengikuti seluruh tahap-tahap yang telah ditentukan panitia.
Keesokan
harinya barulah saya memenuhi impian saya. Menikmati impian yang sudah lama.
Pilihan
menggunakan Evalia cuma satu. Mampu untuk mengangkut keluarga besar. Termasuk
arus mudik atau menemui putri saya yang sedang kuliah di Palembang. Dan itu
saya lakukan selama 4 tahun mengunjungi putri saya.
Termasuk
juga menemani perjalanan sidang diluar kota.
Jangan
tanya entah berapa KM jarak yang sudah ditempuh. Jangan tanya kisah kisah-kisah
perjalanannya. Di Sumatera, cuma Aceh yang belum dijalani.
“Bang, kayak naik alphard’, komentar teman-teman yang pernah merasakannya.
“Iya, Alphard KW”, kataku sembari tersenyum.
Ah.
Biarlah KW. Yang penting tidak disita. Seperti Alphard yang kemudian disita.
Itu
tuh. Yang didalam berita TV.
Akupun
teringat perkataan istriku. “Jangan
begaya. Yang penting hasil keringat dewek”.
Akupun
kemudian meneguk kopi. Entah mengapa kopi terasa nikmat sekali.
Rumah
Perlawanan, 8 Desember 2018