Kang
Emil, Selamat dulu ya pelantikan sebagai Gubernur Jawa Barat. Propinsi yang
selama 10 tahun tidak terdengar. Selain banjir yang cuma diatasi dengan doa
tanpa solusi nyata. Atau cuma polemic silih berganti yang aku sendiri tidak
mengerti apa sesungguh yang terjadi.
Kang
Emil, dua tahun yang lalu, cerita Pemerintahan bersih terdengar dari Jakarta.
Semua teman-temanku sering bercerita bagaimana pelayanan, jaringan aplikasi (Qlue)
yang bisa diakses dari HP. Atau tim reaksi cepat yang membuka layanan dari
keluhan warg. Entah sampah, got yang mampet. Pokoknya “bikin saya iri”.
Dengan
cerdik, Kang Emil “mengejek” Jakarta. Kang Emil kemudian menyebutkan. Bandung
diciptakan “ketika Tuhan sedang senang”. Kalo Jakarta. Eh, dengan enteng, kang
emil malah berguyon. “Jakarta diciptakan ketika Tuhan sedang marah’.
Jawaban
kocak namun dalam. Ya. Tipikal Ahok yang suka-suka marah.
Sekarang,
Jakarta tidak asyik lagi. Teman-teman dulu yang berapi-api bercerita malah “enggan”
untuk melanjutkan pertanyaan saya. “Sudah ah”.
Kang
Emil. Setahun ini kami “merasa tiada pemimpin’. Gubernur Kami ditangkap KPK.
Jangan ditanyakan, ya. Malu kami.
Bayangkan.
Dari “biaya baju pelantikan” sampai-sampai mainan anak-anak mesti dibayarkan. Kalo
disebutkan daftarnya. BIsa 2 meter panjangnya. Malu kami.
Dulu.
Masih ingat ketika mau menjadi Gubernur, wajah pesona meninabobokkan rakyat
Jambi. Mengalahkan incumbent 60 %. Keren khan ?
Jangan
tanya program yang ditawarkan. Wajah pesonanya yang membuat putri-putri dan
ibu-ibu yang kemudian histeris. Menjerit-jerit melihat wajahnya. Persis
penonton melihat Ariel Peterpan atau Shella on 7 atau generasi milenial lihat
penyanyi Korea. Pokoknya histeris. Dan kemenangannya kemudian membuat tidak
mampu melihat kiprahnya sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur.
Jangankan
pelayanan seperti Kang Emil yang keren-keren waktu Walikota Bandung. Jalannya
masih bermasalah. Minggu ini saja saya harus menempuh 2 jam cuma menempuh 64
km.
Namun
dengan gaya “teatrikal” seakan-akan mengikuti jejak Gubernur Jakarta. Sidak
disana-sini. Marah disana-sini. Kemudian tenggelam dengan teriakan histeris
para pendukungnya. Menjerit-jerit lihat pesonanya.
Kang
Emil. Dulu berita nasional cuma dari Jakarta. Setiap hari “pendopo Gubernur”
menerima pengaduan warga. Dan saya banyak mendapatkan kabar, bagaimana kemudian
Gubernur Jakarta langsung turun melihat permasalahan. Langsung tuntas. Sekarang
malah beritanya kemudian sepi.
Kalaupun
ada berita dari Jawa Barat cuma kuingat twitter kang Emil. Yang terus
mengabarkan tentang kekeluargaan. Salam Jomblo. He.. he.. he.. He.
Setelah
dilantik, Kang Emil mulai bekerja. Dan setiap hari kemudian dipromosikan. Nah.
Ini yang membuat Kang Emil tidak punya perasaan. Itu melukai hatiku. Sepertinya
Kang Emil mengejek nasib kami bak “Negeri tidak bertuan’. Tidak terdengar lagi
program-program yang hendak dikerjakan di Jambi. Sepi.
Kang
Emil. Cukup kabarkan program-programmu untuk di Jawa Barat. Tidak perlu
disebarkan ke seluruh jagat nusantara. Biarlah kami melewati masa ini dengan
duka mendalam.
Tiap
hari kami cuma dikabarkan sidang-sidang dari Jakarta. Lengkap dengan kejutan-kejutan yang bikin
geleng kepala.
Entah
sampai kapan suasana ini berlalu.
Jadi,
Kang Emil. Jaga perasaan kami ya.
Salam
untuk Keluarga, ya.