Terdengar suara gumaman ditengah kerumuman pasar.
“Tuanku. Siapa yang menjadi pemenang adu memanah di alun-alun Istana Astinapura “?, tanya sang dubalang heran.
“Benar, tuanku. Siapapun mengaku menjadi pemenang dari adu panah. Tapi Sang pangeran yang Kecil dan tidak diperhitungkan oleh lawan tanding menguasai gelanggang”, teriak sang hulubalang sembari merapikan kerisnya. Sembari merapikan jubah kebesarannya.
“Lihatlah. Semua peserta tanding memanah dengan ketangkasan yang luar biasa. Titik Serang di ujung alun-alun begitu tepat”, jawab dubalang semakin heran.
“Bukankah para pangeran yang mengikuti kompetisi digelanggang mempunyai ilmu kanuragan yang luar biasa. Konon mereka bertapa hingga 12 purnama”, tambah sang Hulubalang.
“Tapi, mata sang Raja tidak begitu hirau dengan pertandingan di alun-alun Istana. Tuanku Raja Astinapura Sedang gundah. Hingga dua purnama kemuka, Raja baru belum juga bertahta”, kata sang hulubalang.
“Sabar, tuanku Hulubalang. Cahaya ufuk dari timur mulai menampakkan jingga. Semoga negeri Astinapura aman dilindungi para dewata. Para dewata Sedang bersuka cita. Menyambut Raja Muda yang akan bertahta”, kata sang dulabang.
“Semoga demikian adanya. Mari kita berdoa kepada Sang dewata. Agar Raja muda yang dicintai rakyatnya akan bertahta”, kata sang hulubalang sembari Menuju Istana.
Menghaturkan sembah sembari berbakti kepada Raja.