Akhir-akhir, ketertarikan Penulis terhadap para ulama Nusantara yang kemudian dikenal diberbagai literatur membuat rasa keinginan tahu semakin besar.
Pertama. Disaat bangsa Indonesia dalam cengkeraman penjajah, rasa penasaran terhadap karya-karya ulama melalui kitab dapat memberikan gambaran. Bagaimana perkembangan Islam dan kebudayaa saat itu.
Kedua. Bagaimana para ulama mampu melewati zaman dan meninggalkan jejaknya. Baik berupa ornamen seperti mesjid, petilasan maupun kitab-kitabnya.
Ketiga. Bagaimana pemikiran ulama Nusantara disaat itu membicarakan niali-nilai kebaikan. Salah Satu nilai yang menjadi sorotan filsafat.
Dari ranah itu maka kemudian Penulis pelan-pelan mengumpulkan berbagai kitab yang diwariskan. Maupun mengikuti jejak pemikiran dalam konsep nila.
Baik memandang Tuhan, alam Semesta maupun relasi Manusia dengan Tuhan dan Manusia dengan alam Semesta.
Tentu saja tidak mudah mengumpulkan berbagai kitab yang sudah dituliskan ulama. Selain menggunakan aksara Arab bercorak Jawa (arab pegon) maupun aksara arab berbahasa Melayu (Arab Melayu/arab gundul) juga disebabkan kesulitan mendapatkannya.
Entah, jejaknya kemudian tertelan zaman. Ataupun pemikirannya kemudian berhadapan dengan zaman. Sehingga berbagai kitabnya kemudian dibakar, disembunyikan ataupun kitabnya kemudian hilang oleh keadaan zaman.
Berbeda dengan Daerah yang iklimnya cukup baik didalam penyimpanan seperti di Kerinci yang kemudian ditandai dengan Kitab Tanjung Tanah, dengan iklim yang sangat ekstrim di wilayah Indonesia, model penyimpanan yang sangat tidak baik.
Belum lagi kesulitan para Ahli waris menyimpannya. Atau hilang tidak tentu arah. Baik karena kehilangan jejak para pewarisnya. Maupun kitabnya yang kemudian hilang.
Namun sebagai ilmu pengetahuan, disaat dunia internet sudah begitu mengalami kemajuan, berbagai buku klasik yang dituliskan oleh ulama Nusantara kembali Hadir.
Entah dengan acara promosi oleh Organisasi keagamaan, karya ilmiah yang kemudian diterbitkan, nama-nama ulama Nusantara yang telah menuliskan kitab kemudian dapat diproduksi kembali.
Belum lagi promosi melalui dunia internet. Sehingga siapapun dapat mengaksesnya.
Berangkat dari cerita diatas, akhir-akhir ini Penulis mulai mengumpulkan berbagai karya klasik dari ulama Nusantara.
Tentu saja buku yang didapatkan relatif dibeli dari internet, buku yang ada sama sekali sulit didapatkan di pemasaran umum. Dan tentu saja membaca dari terjemahan.
Bukan buku klasik yang dituliskan dengan arab pegon ataupun ataupun arab Melayu.
Sebagai bahan bacaan, maka terlalu sayang kemudian berbagai kitab tergeletak di sudut-sudut ruang.
Disaat seperti inilah, Penulis pelan-pelan mulai memahami karya-karya ulama Nusantara didalam menuliskan pemikirannya tentang Tuhan, alam Semesta dan relasi Manusia dengan Tuhan dan alam Semesta.
Tentu saja, tulisan yang hendak dihadirkan semata-mata cuma pengantar. Bukan pemahaman yang dalam.
Semoga dengan memahami pemikiran ulama Nusantara, Islam di Nusantara dapat ditempatkan sebagai sebuah agama yang memayungi umat Manusia (rahmatan lil alamin).
Sekaligus dapat membawa peradaban di Nusantara semakin dipahami generasi yang akan datang.