Syahdan.. berkumpullah para pendekar di padepokan kerajaan Astinapura..
"Daulat, tuanku.. konon kabarnya para Adipati yg mau merebutkan mahkota kerajaan Astinapura, berasal dari padepokan yg sama".. umbul-umbul padepokan berwarna kuning berkibar menyambut para Adipati, tuanku", kata sang para pendekar..
"Benar, tuanku.. hamba bingung.. ambisi para Adipati begitu menggelora.. Apakah seruan dari padepokan akan senantiasa didengar para murid2nya ?", Sembah sang pendekar lain.. semuanya menatap pemimpin padepokan.. menunggu titahnya..
“Para pendekar sekalian.. setiap padepokan memiliki nilai-nilai yg agung.. Titah pemimpin padepokan harus dihormati.. khianat kepada titah padepokan akan menimbulkan aib ditengah rakyat negeri Astinapura", kata pemimpin padepokan..
"Daulat, tuanku.. tapi para Adipati menunjukkan ambisinya.. begitu bernafsu merebut mahkota kerajaan, tuanku". Kata sang pendekar muda.
"Tidak boleh menunjukkan ambisi dan nafsu berkuasa.. Alam akan murka.. alam menunjukkan kemarahan.. rakyat astinapura yg akan menerima akibatnya" titah sang pemimpin padepokan..
"Para Adipati yg tdk tunduk titah padepokan, tidak layak dijadikan panutan.. kabarkan kepada rakyat astinapura.. agar bencana tdk menimpa negeri Astinapura*, titah sang pemimpin padepokan sembari meninggalkan Balairung padepokan.. melanjutkan tapa Brata.. memohon kepada sang Dewata melindungi negeri astinapura..
"Daulat, tuanku" sembah para pendekar.