Besok
tanggal 2 Desember yang kemudian dikenal 212. Angka 212 mengingatkan sang
pendekar unik khas Indonesia. Wiro Sableng. Seorang pendekar yang urakan, baik
hati namun mampu mengalahkan musuh-musuh sakti yang hendak mengacau negeri yang
damai.
Wiro
Sableng adalah tokoh fiksi dari Bastion Tito. Melengkapi karakter dan kesaksian
Wiro Sableng, maka Wiro Sableng kemudian berguru dengan Sinto Gendeng.
Lengkaplah sudah rangkaian cerita menggunakan kata “Sableng” dan Gendeng” .
Sebuah kata yang melambangkan “kegilaan”, keurakan hingga kesablengan dengan
berbagai cerita novel berseri yang hidup di tahun 90-an.
Untuk
melengkapi kesaktian, Wiro Sableng memiliki berbagai jurus. Baik dengan
penamaan jurus yang bikin geleng kepala hingga nama jurus yang serius. Jurus
seperti “ilmu silat orang Gila”, “Pukulan Angin Puyuh, “Pukulan Kunyuk Melempar
buah” merupakan nama jurus Wiro Sableng dari pikiran iseng dari Bastian Tito.
Namun untuk menguji kedigdayaan Wiro Sableng, maka jurus-jurus seperti Pukulan
Dinding Angin Berhembus tindih-menindih, Pukul Dewa Menggusur Topan Menggusur
gunung hingga pukulan pamungkas “Pukulan Harima Dewa’ dan Pukulan Sinar
matahari merupakan jurus-jurus yang ampuh didalam mematikan kesaktian dari sang
pengacau.
Cerita
Wiro Sableng adalah cerita yang paling hidup dan paling dikenang oleh rakyat
Indonesia. Bahkan berbagai bukunya kemudian mencapai hingga mencapai satu juta
ekslampar. Cerita yang masih dikenang sebagai cerita yang melambangkan cerita
Indonesia dari ranah silat. Seni Beladiri khas Indonesia.
Namun
tentu saja Wiro Sableng tidak mau dikaitkan dengan hal-hal mistis. Berbagai
cerita Wiro Sableng merupakan alur cerita yang disusun rapi. Hingga setiap
penerbitan baru selalu ditunggu oleh pembaca.