“Sang Maharaja begitu murka di balairung istana. Mendengarkan kabar para punggawa raja mencuri kepingan emas. Kepingan emas kemudian dibangun istana indah mahligai. Membeli emas untuk dipersembahkan perempuan bukan istrinya” Kata sang punggawa sambil membetulkan keris yang terletak di pinggangnya.
“Betul, para punggawa. Begitu keterlaluan sikap abdi punggawa raja. Mencuri kepingan emas bukan dibelikan ransum istana. Padahal rakyat sudah sengsara dan menderita nestapa. Setelah panen gagal di musim bulan purnama yang lalu”, timpal sang kerani yang turun nimbrung sambil memakan sesajian yang disediakan tuan rumah.
“Namun yang hamba heran. Mengapa rakyat Alengka tidak begitu peduli dengan adipati yang sebelumnya menjadi penasehat sang Raja. Bukankah waktu dahulu adipati sudah menyampaikan agar kepingan emas diselamatkan. Namun ketika sang adipati menyampaikan tidak didengar oleh penasehat sang raja. Bahkan sang adipati dimusuhi dan dibuang dari pergaulan para penasehat sang Raja”, kata adipati sambil bertanya tidak mengerti.
“Ya. Adipati malah dimusuhi para penasehat sang Raja. Syukurlah Adhidyaksa segera bertindak. Sehingga suara adipati yang telah menasehati sang Raja akan mencari pencuri kepingan emas”, sambar sang kerani sambil tersenyum.
“Sudah terbukti. Penasehat sang Raja yang sekarang menjadi Adipati kesayangan maharaja negeri Alengka bisa menjaga kepingan emas. Semoga Penguasa alam jagat raya semesta bisa melindungi dari mantra jahat yang tidak menyukainya”, kata sang punggawa sambil berlalu